Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

SDM ANTI - KRISIS “BEING CHALLENGED IN LIFE IS INEVITABLE. BEING DEFEATED IS OPTIMAL“

06 February 2019
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:         Suryatni Handayani, M. Psi, Psikolog
SDM ANTI - KRISIS “BEING CHALLENGED IN LIFE IS INEVITABLE. BEING DEFEATED IS OPTIMAL“

“Menghadapi Tantangan dalam Hidup Adalah Hal yang Tidak Terelakkan. Tapi Kalah Adalah Soal Pilihan” – Roger Crawford

Faktor terpenting dalam sebuah perusahaan saat ini tidak hanya terfokus pada Tanggeble Aset, namun juga In-Tanggable Asset, yang tidak lain adalah SDM yang berperan penting dan penggerak utama dalam mendongkrak kinerja sebuah unit usaha atau perusahaan. Pepatah mengatakan “the man behind the gun”, “the singer not the song”. Maju atau mundurnya sebuah korporasi atau unit usaha sangat bergantung kepada kompetensi dan produktivitas karyawan SDM yang tersedia guna berkompetisi.

Manajemen SDM anti – krisis merupakan bagian dari manajemen SDM strategis yaitu adanya relasi atau keterkaitan antara SDM dengan tujuan sasaran strategis perusahaan, guna meningkatkan unjuk kerja bisnis dan mengembangkan budaya organisasi (organization culture) yang mendorong inovasi fleksibilitas untuk memampukan organisasi dalam mencapai tujuannnya, antara lain profit (keuntungan) dan daya tahan organisasi menghadapi ketatnya persaingan bisnis yang kompetitif lintas batas negara.

Lalu bagaimana cara membentuk SDM anti - krisis? Tentunya dengan mempersiapkan SDM yang tanggap dan siap dengan perubahan. Matahma Gandhi telah mengingatkan “Be The Change, You Wish To See in The World”. Apa yang telah dialami oleh perusahaan besar seperti Nokia, yang pada tahun 2000an telah menjadi salah satu produsen telepon genggang (handphone) terbesar di dunia bahkan sempat menjadi merk dagang paling ternama pada saat itu. Perusahaan telpon seluler yang berasal dari Finlandia ini sempat tiada tanding dan banding selama 14 tahun dengan tagline-nya “connecting people” , namun akibat kurang antisipasi guna cepat berubah, merk dagang ini sekarang telah berhenti beroperasi. Hal ini merupakan pembelajaran yang sangat mahal.

CEO Nokia, Stephen Elop saat Nokia diakuisisi oleh Microsoft (2016), berujar “Kami tidak melakukan hal yang salah, entah mengapa kami kalah dan tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain. Kami kalah cepat dengan arus perubahan di dalam bisnis yang sedemikan cepat”. Inilah sesungguhnya makna dari “survival of the fittest” yang dikemukakan oleh Charles Darwin, ataupun dari teori “homo homini lupus” ala filsuf Thomas Hobbes. Persaingan sangatlah keras dan kejam.

Pelajaran penting yang didapat dari beberapa kasus yang terjadi perusahaan besar yang pada akhirnya tumbang, yaitu dibutuhkannya SDM yang siap sedia beradaptasi dengan tuntutan jaman, dapat memenuhi ekspetasi (beyond expectations) kebutuhan pelanggan yang memberikan waktu tenggang bagi pengembangan yang singkat (lead time) dan ditopang dengan keunggulan teknologi.

Setiap perubahan diawali cara berpikir yang berbeda (a new mindset) dan cara pandang yang berbeda atau baru (a new point of view). Manajemen SDM memainkan perannya yang penting sejak awal yaitu pengkomunikasian, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi. “Perubahan hanya terjadi lewat tindakan dan bukan lewat meditasi menurut Dalai Lama (Pemimpin Spiritual Tibet).

Dalam menyikapi SDM anti krisis, sebuah ilustrasi mungkin saja dapat menjadi cerminan bagi kita bersama, misalnya pengkomunikasian visi perubahan yang membutuhkan keterlibatan dari manajemen SDM. Visi memberikan petunjuk tentang arah perubahan. Visi untuk berubah memberikan sinyal-sinyal bagi setiap organisasi untuk menentukan tingkat keterlibatan masing-masing dalam rencana transformasi atau perubahan yang akan dilaksanakan.

   For Further Information, Please Contact Us!