Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

MUTU SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI KUNCI DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0

02 February 2019
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:         Rizki Faradila, S. Psi
MUTU SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI KUNCI DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, melalui Kementerian Perindustrian memperkenalkan Roadmap Making Indonesia 4.0 yang menandakan masuknya revolusi industri keempat yang digadang-gadang akan membawa peningkatan produktivitas Indonesia. Revolusi Industri 4.0 dikarakteristikan dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat atau dikenal sebagai era digitalisasi. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang massive ini membawa perubahan yang cukup besar dan cepat dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk salah satunya sektor human capital.

Istilah revolusi industri 4.0 dipopulerkan oleh Klus Schwab, pendiri dan executive chairman dari World Economic Forum (WEF). Schwab menjelaskan bahwa revolusi industri keempat lebih menekankan pada pengembangan teknologi mutakhir. Basis dari kemunculan industri 4.0 adalah besarnya peran jaringan internet dalam mengotomatisasi dan mengintegrasikan seluruh sistem dalam satu kesatuan atau dikenal dengan istilah IoT atau Internet of Things. Kondisi ini secara tidak langsung akan menggeser peran sumber daya manusia (SDM) karena akan tergantikan oleh peran jaringan internet dan otomatisasi mesin/robot. Sehingga hal ini mau tidak mau memaksa SDM untuk memiliki keterampilan khusus agar dapat bersaing di era serba digitalisasi saat ini.

Dalam peta rencana Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan Kementerian Perindustrian RI, menjelaskan bahwa peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nasional merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai pemerintah. Dengan kata lain, SDM dianggap menjadi faktor utama penggerak keberhasilan implementasi revolusi industri 4.0. Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa penerapan industri era digitalisasi dewasa ini tidak akan mengurangi dan menggantikan peran tenaga kerja manusia. Kondisi ini justru akan mendorong peningkatan kompetensi dan keterampilan SDM untuk menghadapi perkembangan teknologi terkini di dunia industri.

Melihat geliat perubahan digitalisasi secara besar-besaran dewasa ini, para praktisi human capital department atau HCD perlu mengubah kebiasaan. Fungsi praktisi HCD terkini tidak lagi didominasi oleh kegiatan-kegiatan administratif dan kepersonaliaan, melainkan harus menjadi lebih strategis. Praktisi HCD ‘kekinian’ harus mampu menjadi strategic business partner bagi para pengusaha. HCD harus ikut andil dalam memberi masukan dan wacana bagi para pengusaha terkait strategi yang perlu dilakukan untuk bersaing di pasar global, termasuk mengawal implementasi strategi tersebut. Oleh karena itu, suatu keharusan bagi HCD untuk menyamakan persepsi dan mendukung pengusaha/owner untuk mencapai keberhasilan dalam geliat persaingan bisnis pada era revolusi industri keempat saat ini, yaitu dengan memperhatikan peningkatan mutu dan kualitas kompetensi serta keterampilan para tenaga kerja.

Berbicara mengenai keterampilan, di era digitalisasi saat ini disamping tetap meningkatkan keterampilan teknis pekerjaan, alahkah baiknya jika praktisi HC perlu memperhatikan peningkatan mutu SDM dari segi keterampilan non-teknis atau soft skill yang lebih khas seperti telah disebutkan pada uraian sebelumnya. Work Economic Forum menyatakan bahwa 80% keterampilan yang dibutuhkan tenaga kerja untuk mampu bersaing di era Industri 4.0 adalah penguasaan softskill. Dengan demikian praktisi HCD perlu membuka wacana pengusaha untuk memfasilitasi SDM-nya dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Melatih soft skill memang tak semudah menguasai hard skill atau kemampuan teknis, karena cenderung melekat pada kepribadian seseorang. Maka dari itu dibutuhkan kerjasama yang kuat antara pengusaha/owner dengan HCD untuk dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerjanya, khususnya mengenai soft skill. Disamping itu, HCD juga dapat mengadopsi rencana Kementerian Perindustrian untuk mempersiapkan tenaga kerja dengan merancang program Skill For Competence. Pada prinsipnya, HCD tidak bisa hanya diam dan memperhatikan arus perubahan, melainkan justru terlibat dan lebih aktif bergerak untuk menjadi pelaku perubahan itu sendiri.

   For Further Information, Please Contact Us!