Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

INTEGRITAS MANAJEMEN DIPERTANYAKAN? TIPS MENGUMPULKAN BUKTI AUDIT YANG DAPAT DIANDALKAN

04 January 2019
Category: AUDIT
Penulis:         Acynthia Ayu Wilasittha, S.E., M.S.A., Ak
INTEGRITAS MANAJEMEN DIPERTANYAKAN? TIPS MENGUMPULKAN BUKTI AUDIT YANG DAPAT DIANDALKAN

Auditor merupakan sebuah profesi yang dituntut untuk memberikan keyakinan yang lebih tinggi kepada publik bahwa laporan keuangan yang diperiksa telah disusun sesuai dengan peraturan akuntansi yang berlaku dan bebas dari salah saji material yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan tersebut. Dalam melakukan tugasnya, auditor wajib mengikuti standar profesi di Indonesia atau lebih dikenal dengan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Untuk meyakini bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, auditor diwajibkan untuk mengumpulkan bukti audit.

Bagaimana cara memperoleh bukti audit? Auditor biasanya memulai dengan mengenal lebih dalam perusahaan yang akan diaudit. Tidak hanya memahami proses bisnis perusahaan, tetapi juga untuk menilai integritas dari manajemen itu sendiri. Ketika auditor bertanya mengenai proses bisnis perusahaan dan data apa saja yang terkait dalam proses bisnis sampai dengan pencatatan akuntansinya, di situ auditor bisa menilai apakah manajemen memiliki pengendalian internal yang kuat atau sebaliknya.

Jika perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang kuat, maka auditor perlu melakukan pengujian pengendalian atas sistem tersebut dan menilai apakah sistem telah dijalankan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan. Namun jika perusahaan tidak memiliki sistem pengendalian internal dan bahkan tidak memiliki SOP, maka auditor wajib untuk melakukan pengujian substantif terhadap laporan keuangan karena catatan akuntansi tidak dapat diandalkan karena tidak ada pengendalian yang kuat atas transaksi dalam perusahaan dan dapat menunjukkan bahwa bisa terjadi transaksi fiktif.

Apakah perusahaan yang memiliki pengendalian internal menurunkan risiko audit? Belum tentu. Auditor masih harus melaksanakan pengujian pengendalian karena belum tentu sistem pengendalian internal dijalankan oleh manajemen. Tidak adanya pengawasan dalam implementasi sistem dapat mengakibatkan SOP yang telah disusun dengan baik justru tidak dilaksanakan dan malah menunjukkan bahwa manajemen tidak memiliki integritas yang baik dalam perusahaan. Auditor harus dapat meyakini bahwa manajemen dapat bekerja sama dengan baik dengan auditor dalam mengumpulkan bukti audit yang cukup dan tepat sebagai basis opini atas kewajaran laporan keuangan.

Apa tandanya manajemen yang dikatakan tidak memiliki integritas? Integritas merupakan suatu konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Ketika manajemen mengatakan bahwa semua transaksi telah dilakukan sesuai dengan SOP namun pada saat mengumpulkan bukti audit ditemukan pengendalian tidak dilakukan, maka dapat dikatakan integritas manajemen diragukan. Jika manajemen mengatakan bahwa pencatatan akuntansi telah dilakukan dengan rapi dan dapat dibuktikan dengan layak, namun banyak bukti audit yang tidak dapat diperoleh dan bahkan manajemen tidak mampu atau tidak mau memberikan bukti audit, maka ada dua hal yang disimpulkan. Tidak hanya integritas manajemen yang diragukan, namun juga terjadi pembatasan ruang lingkup audit. Hal ini dapat mempengaruhi basis opini kewajaran laporan keuangan.

Dalam Standar Audit 200 mengenai Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit, bukti audit merupakan informasi yang digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan yang akan menjadi dasar bagi auditor dalam memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan. Informasi yang dimaksud adalah catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan informasi lainnya yang relevan dan dapat diandalkan. Menurut Standar Audit 500 tentang Bukti Audit, auditor harus mengumpulkan bukti audit yang cukup dan tepat.

  • Kecukupan bukti audit adalah ukuran kuantitas atau banyaknya informasi yang dikumpulkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian auditor terhadap risiko atas salah saji yang material dalam laporan keuangan. Selain itu kualitas dari bukti audit juga dapat mempengaruhi kecukupan atas bukti audit yang harus diperoleh.
  • Ketepatan bukti audit yang dimaksud berkaitan dengan kualitas. Relevansi dan keandalan bukti yang diperoleh harus mampu menjadi dasar dalam mendukung kesimpulan yang mendasari opini kewajaran laporan keuangan.

Tips atau cara yang dapat dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti audit ketika integritas manajemen diragukan atau terjadi pembatasan ruang lingkup audit antara lain:

  1. Melakukan komunikasi dengan auditor terdahulu.

    Standar Audit (SA) Seksi 315 mengenai “Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan Auditor Pengganti” mewajibkan auditor untuk melakukan komunikasi sebelum melakukan perikatan audit. Keterangan yang diperlukan adalah mengenai fakta integritas manajemen, ketidaksepakatan manajemen dalam penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit dan hal yang signifikan lainnya yang relevan dalam keputusan menerima atau menolak perikatan. Jika auditor pendahulu telah memberikan keterangan mengenai integritas manajemen yang kurang baik, maka auditor pengganti harus meningkatkan risiko audit jika tetap menerima perikatan dan hal ini menunjukkan bahwa bukti audit yang diperoleh bersumber dari manajemen dengan tingkat keandalan kurang dan perlu dilakukan prosedur tambahan untuk memperkuat keandalan bukti audit tersebut.

    2.Melakukan konfirmasi ke pihak ketiga

    Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh sebagai respon tertulis langsung dari pihak ketiga, SA Seksi 505 mengenai “Konfirmasi Eksternal” mengatakan bahwa prosedur konfirmasi eksternal dilakukan untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal karena pada dasarnya bukti audit yang bersumber dari pihak independen di luar perusahaan lebih andal daripada bukti audit yang bersumber dari internal perusahaan. Selain itu bukti audit secara tertulis baik dalam bentuk kertas, file, dokumen atau media lainnya juga dinilai lebih andal. Jika manajemen mengatakan telah mengirimkan konfirmasi namun jawaban belum diterima, maka auditor dapat meminta manajemen untuk mem-follow up pihak ketiga dan juga meminta bukti pengiriman konfirmasi tersebut. Jika tidak memperoleh bukti pengiriman dan jawaban konfirmasi, maka auditor dapat mengirim kembali konfirmasi dan memastikan manajemen mendokumentasikan bentuk pengiriman surat konfirmasi tersebut. Jika manajemen menolak untuk mengirimkan konfirmasi maka dokumentasikan hal tersebut dan minta alasan penolakan tersebut.

    3. Mengumpulkan informasi dari pihak luar yang ahli di bidangnya

    Auditor dapat meminta keterangan atau informasi dari pihak luar yang memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan di luar entitas. Respon atas informasi ini dapat memberikan informasi baru yang sebelumnya tidak dimiliki auditor atau menguatkan bukti audit yang diperoleh. Informasi ini hendaknya didokumentasikan dan dikonfirmasikan kepada manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

    4. Melakukan prosedur audit tambahan

    Jika auditor merasa tidak dapat meyakini bukti audit yang diperoleh dari perusahaan, auditor dapat menggali lebih banyak informasi baik dalam internal maupun eksternal perusahaan mengenai apa yang dibutuhkan untuk meyakini kewajaran terhadap suatu atau beberapa akun dalam laporan keuangan. Prosedur yang dilakukan dapat dengan cara melakukan inspeksi terhadap catatan maupun dokumen baik internal maupun eksternal. Melakukan observasi atas prosedur yang dilakukan dalam perusahaan dan dapat membandingkan dengan proses bisnis perusahaan pesaing yang sejenis di bidangnya. Melakukan prosedur analitis juga bisa dilakukan untuk menginvestigasi atas fluktuasi yang teridentifikasi apakah wajar atau tidak jika dikaitkan dengan faktor di dalam maupun di luar perusahaan.

   For Further Information, Please Contact Us!