Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Mengenal Audit Media Sosial, Sebagai Langkah Mencegah Fraud Dalam Perusahaan

06 November 2018
Category: AUDIT
Penulis:         Pradita Ardiani, S.E.
Mengenal Audit Media Sosial, Sebagai Langkah Mencegah Fraud Dalam Perusahaan

Fraud adalah masalah serius yang dapat menjatuhkan perusahaan, tidak peduli besar kecilnya perusahaan tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa pihak, banyak bisnis kehilangan sekitar 5% dari pendapatan tahunan mereka sebagai akibat dari fraud yang dilakukan oleh karyawan, manajer, pemilik, dan eksekutifnya sendiri. Oleh karena itu, pendeteksian dan pencegahan penipuan harus menjadi inisiatif berkelanjutan.

Kita tahu bahwa fraud adalah masalah yang sangat serius sehingga dapat menyebabkan kegagalan kritis dari sebuah bisnis yang sukses. Penting untuk memberantasnya dengan penuh semangat dan bagi mereka yang memiliki posisi terbaik untuk melakukannya adalah karyawan. Untuk mendorong karyawan maju ketika mereka mengetahui kegiatan fraud, perusahaan harus mempertimbangkan untuk menawarkan perlindungan pekerjaan dan bahkan penghargaan kepada pelapor. Sayangnya, tampaknya perusahaan yang terlibat dalam fraud sering menawarkan insentif bagi karyawan untuk malah mengabaikan tindakan tersebut.

Sudah bukan jadi rahasia umum, kiat atau taktik untuk membantu perusahaan melindungi diri dari tindakan kecurangan adalah:

    -Audit internal dan eksternal

    -Evaluasi atau tinjauan dari manajemen dan Komite audit indepen perusahaan.

    -Pelatihan pencegahan fraud untuk manajemen dan karyawan

    -Mengadakan liburan wajib sebagai reward dan rotasi pekerjaan

    -Membuka jalan dan hadiah untuk whistleblower.

Semua cara diatas seringkali sudah dilakukan, namun perusahaan masih saja kecolongan bahkan banyak dari karyawannya sendiri yang terjebak dalam tindakan kecurangan sendiri di perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu suatu tindakan khusus sebelum terjadinya kesempatan untuk melakukan kecurangan oleh karyawannya sendiri. Perusahaan seharusnya menempatkan di posisi pertama untuk membangun budaya anti-fraud sejak awal. Pemilik dan manajer harus menyusun daftar kebijakan dengan baik yang akan mengatur perusahaan selama bertahun-tahun yang akan datang.

Dalam membangun suatu kebijakan yang baik dalam satu siklus perusahaan adalah pada saat perekrutan. Bagaimanapun juga pelaku dari fraud adalah orang-orang bagian dari perusahaan, yang harusnya bisa kita lihat di awal mereka bergabung dengan perusahaan.

Membicarakan karyawan maupun calon karyawan, di era pertumbuhan global ini, karyawan perusahaan didominasi dengan kelompok milenial. Ya, kelompok milenial yang sering sekali membangun sebuah bisnis dengan kekuatan informasi yang begitu cepat dan praktis, apalagi kalau bukan sosial media. Dalam hal ini yang bisa kita cegah dengan upaya membangun budaya anti-fraud adalah dengan mereview rekam jejak digital dari calon karyawan.

Menurut Hetherington, profesor di Universitas Virginia yang membantu mengembangkan psikologi dalam suatu departemen perusahaan, menegaskan bahwa bisnis kecil khususnya sangat rentan terhadap tindakan kecurangan oleh karyawan, dikarenakan mereka tidak memiliki kontrol anti-fraud atau kebijakan yang ditemukan oleh bisnis yang besar. Hetherington menawarkan tips berikut untuk usaha kecil yang ingin mencegah fraud langsung dari proses perekrutan yakni salah satunya adalah dengan AUDIT MEDIA SOSIAL.

Hetherington mengungkapan pentingnya dilakukan audit media sosial bagi calon karyawan, dengan meninjau jaringan sosial mereka untuk setiap detail yang dapat merusak reputasi perusahaan, terutama terkait dengan konflik di masa lalu dengan mantan perusahaan yang memperkerjakan mereka.

Salah satu langkah inilah yang sering sekali dilewatkan oleh perusahaan. Banyak yang menganggap remeh langkah untuk melakukan audit media sosial ini sehingga di pertengahan dan akhirnya perusahaan-perusahaan sering menyesal karena telah memperkerjakan karyawan yang tidak kentara memiliki rekam jejak digital yang buruk.

Selain itu audit media sosial tidak hanya dapat digunakan diawal perekrutan karyawan, perusahaan dapat melakukan audit media sosial untuk melihat tren dan isu yang dapat merusak reputasi yang mungkin dilakukan oleh karyawan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bahwa tindak kecurangan tidak dilakukan secara terencana. Bocornya rencana perusahaan mungkin akan terjadi di media sosial, sedangkan di media sosial baik karyawan maupun calon karyawan dapat menjadi orang lain untuk melakukannya. Dalam hal ini melibatkan Tim Auditor Internal, Tim HRD, dan Tim IT perusahaan untuk mendeteksinya, sehingga menimbulkan sentimen banyak pihak justru mungkin akan banyak biaya yang dikeluarkan perusahaan. Namun terkait hal ini harusnya yang perlu digaris bawahi, perusahaan akan dapat mengurangi dan meredam tindak kecurangan yang mungkin akan terjadi di kemudian hari.

Melihat dari kasus yang baru-baru ini terjadi di Indonesia, dimana hoax atau berita yang belum tentu kebenarannya jauh lebih cepat menyebar dan mempengaruhi banyak pengguna media sosial, menunjukkan bahwa media sosial di era ini cukup banyak diminati. Tidak hanya kaum milenial, melainkan rentan usia diatas milenial pun terpaksa harus menyesuaikan kondisi yang membuat mereka ikut menggunakan media sosial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media sosial di era ini cukup dapat membuat bisnis atau perusahaan bangkrut dengan isu-isu yang ada. Maka dari itu perlu sekali bagi perusahaan, apalagi itu adalah perusahaan yang mulai berkembang, untuk dapat menggalakan audit media sosial.

   For Further Information, Please Contact Us!