HOW TO MANAGE MILLENNIALS EMPLOYEE IN WORKPLACE
20 April 2018
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Annisa Dwi Juliastuti, S. Psi
Millennial. Istilah ini tentu tidak asing lagi di telinga kita, ada yang memandang generasi ini adalah agent of change, ada juga yang menganggap bahwa mereka sebagai generasi egois dan pemalas.Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan millennials?. Millennials atau biasa disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.
Di Indonesia sendiri dari jumlah 255 juta penduduk yang telah tercatat, terdapat 81 juta penduduk yang merupakan generasi millenials atau berusia 17- 37 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya melalui kemampuan dan potensi para millennials. Namun dibalik banyaknya millennials, terdapat fakta menarik yang mengungkap sedikit paradigma tentang millennilas. Survei yang dilakukan oleh Gallup di tahun 2016 menemukan fakta bahwa 21% milenial bergonta-ganti pekerjaan lebih dari dua kali dalam setahun. Jumlah itu tiga kali lebih besar dibandingkan responden yang bukan kaum milenial. Di tahun yang sama, Deloitte juga melakukan survei terhadap 7.700 milenial dari 29 negara yang menunjukkan fakta bahwa 40% milenial berencana untuk resign jika ada kesempatan, dan sekitar 60% menyatakan merasa kurang pengembangan diri.
Mengacu pada fakta diatas, tentu perusahaan harus memilki konsep dan strategi yang matang guna mengoptimalkan peran millennials yang memiliki seperangkat keterampilan, motivasi dan perspektif tertentu. Saat ini keberadaan mereka bahkan sudah mendominasi angkatan kerja pada hampir semua negara di dunia. Generasi ini juga disebut-sebut sebagai generasi yang produktif dan bangga apabila dapat bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras. Meskipun belum tentu semua Gen Y memiliki sikap tersebut, setiap perusahaan tentu harus lebih aware bahwa kemampuan mereka adalah peluang besar untuk perkembangan perusahaan, sehingga perlu adanya dukungan dan dorongan dari perusahaan dalam mengoptimalkan peran millennial.
Jadi, bagaimana cara perusahaan guna mengoptimalkan peran millennial? Berikut adalah kiat-kiat yang dapat dilakukan perusahaan:
1. Berikan kesempatan untuk belajar dan berkembang
Milenial, terutama junior milenial yang lahir tahun 90-an, tumbuh di lingkungan yang serba cepat. Ini membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak sabar dan ingin sesuatu secara instan, tertarik dengan pengalaman baru, serta lebih memusatkan diri pada tujuan jangka pendek dengan hasil nyata.
Untuk dapat mengembangkan millennials, kita dapat menantang mereka mempelajari dan mengasah skill baru melalui pemberian job-job assignment diluar rutinitas operasional harian, ataupun project baru sebagai sarana trial terkait kemampuan lain yang mereka miliki
2. Tawarkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan
Sebagai multitasker, milenial cenderung kurang suka terikat dengan jam kerja yang kaku. Mereka mengharapkan fleksibilitas dan otonomi yang lebih di tempat kerja. Dimanapun tempat menyelesaikan tugas yang penting hasilnya sesuai dengan ekspektasi dan ketentuan perusahaan. Berikan kesempatan mereka untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri, namun tetap pada koridor output sesuai ketentuan dan standar perusahaan.
3. Motivasilah mereka dengan hal yang lebih dari sekadar uang
Bagi milenial, uang bukanlah segalanya. Di atas nominal gaji yang besar, daya tarik dari pekerjaan itu sendiri bisa menjadi motivasi bagi mereka. Misalnya, kesempatan untuk bepergian ke tempat lain, menimba beragam pengalaman, memperluas pergaulan dan jejaring, jam kerja yang fleksibel, serta atmosfer kerja yang santai.
4. Berikan kejelasan terkait kesempatan berkarir di perusahaan
Milenial mampu mengambil keputusan secara lebih bebas dibanding generasi pendahulunya. Mereka juga tidak takut dengan perubahan. Oleh karena itu, jika mereka tidak menemukan kesempatan untuk berkembang di dalam perusahaan, kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi, atau terjadi hubungan kurang baik dengan atasan, maka mereka cenderung memilih untuk keluar. Dalam mempertahankan pekerja milenial seperti ini, bicarakan jenjang karier secara berkala. Apabila beberapa diantara mereka tetap memilih keluar, maka Anda perlu segera mencari tahu penyebabnya serta segera menemukan solusinya.
5. Jadilah mentor, bukan bos
Bagi milenial, atasan yang kaku dan otoriter itu sudah kuno sekali. Mereka tidak terlalu peduli dengan struktur otoritas lama dalam perusahaan. Mereka akan lebih peduli ketika atasan tidak memberikan ;jarak, serta bisa mendorong dan mengarahkan mereka. Dengan konsep kepemimpinan yang baik, maka pasti millennials akan lebih mendengarkan dan menghargai, saat atasan memposisikan diri sebagai teman dan mentor, bukan bos.
6. Jangan putuskan hubungan mereka dengan teknologi
Milenial tumbuh bersama teknologi terkini, seperti gadget, internet, dan media sosial. Meski hal ini sering dianggap sebagai sumber distraksi, mereka justru mampu memanfaatkannya untuk mendukung produktivitas kerja.
Pada kenyataannya justru perusahaan bisa memanfaatkan hal ini guna memaksimalkan kompetensi mereka. Misalnya, dengan memperbarui teknologi pendukung saat bekerja atau mengadakan mentoring terbalik di mana para milenial bisa mengajarkan teknologi baru kepada karyawan senior. Kultur kerja perusahaan pun dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman dengan adanya para milenial.
Dengan demikian, keberadaan generasi milenial di sebuah perusahaan dapat menjadi pendobrak kemajuan bisnis dari berbagai aspek, baik teknologi, kreatifitas, dan kualitas output.
Bagaimana dengan perusahaan Anda? Sudahkah Anda menerapkan beberapa tips diatas sebagai sarana perkembangan sumber daya manusia khususnya generasi millennial di perusahaan?