Tantangan Organisasi Untuk Trend Rekrutmen 2017
16 June 2017
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Kartika Anggraeni, S. Psi
Demi menunjang produktivitas sebuah perusahaan, merekrut karyawan berkualitas menjadi salah satu cara yang ditempuh. Masalahnya, hal tersebut pun tidak semudah yang diinginkan, terutama bagi pihak HRD. Kunci untuk mendapatkan karyawan yang profesional terletak pada proses rekrutmennya. Metode rekrutmen yang dilakukan oleh perusahaan tentunya berbeda-beda. Selain itu, dengan adanya kondisi ekonomi yang semakin berkembang dan banyaknya pencari kerja yang tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan yang ada, membuat tren rekrutmen berubah-ubah setiap tahunnya.
Go Digital:Dengan semakin banyaknya generasi millennial yang memasuki dunia kerja, kita akan semakin sering melihat job portal menjadi semakin populer dan merekrut melalui media digital pun bukan menjadi hal yang baru. Data akan lebih mudah diakses dan profesional HR akan lebih mudah men-screening kandidat melalui sosial media mereka masing-masing. Di era digital seperti saat ini, banyak perusahaan yang mulai menggunakan 100% digital rekruitment – job applications online atau bisa melalui sosial media – karena lebih memudahkan dibandingkan kandidat harus mengirimkan resume dalam bentuk kertas.
Perubahan Demografik : Generasi Baby Boomer yang mulai mendekati masa pensiun dan Generasi X yang sudah menduduki dalam posisi manajemen, di tahun 2017 dipastikan akan mengalami perubahan dalam demografik perekrutan karyawan. Akan ada peningkatan dalam jumlah Generasi Millenial memasuki dunia kerja yang akan membawa ide-ide baru dan karyawan yang lebih terbuka akan teknologi dalam dunia kerja. Mereka menginginkan adanya beberapa penyesuaian seperti jam kerja yang lebih fleksibel, keseimbangan antara kehidupan dan karier (work-life balance) dan hingga pengaturan tata ruang interior kantor yang dinamis dan nyaman.
Hasil Rekomendasi :Semakin banyaknya angka penghentian karyawan di tahun lalu dan penghentian sementara untuk merekrut karyawan baru, para pencari kerja di 2017 akan mengalami kompetisi yang semakin ketat. Pressure juga pasti akan dirasakan oleh tim perekrut untuk semakin jeli lagi dalam mengidentifikasi dan merekrut kandidat yang benar-benar sesuai untuk suatu posisi pekerjaan. HR profesional banyak yang merekrut karyawan baru yang didapat dari hasil karyawan terdahulu untuk menghindari risiko merekrut karyawan yang tidak efektif atau tidak cocok.
Freelance dan Paruh Waktu : Karyawan freelance dan paruh waktu juga merupakan salah satu tren dalam dunia HR di 2017. Ini disebabkan karyawan mulai mencari fleksibilitas dalam waktu kerja. Terlebih di industri IT dan industri kreatif, akan semakin banyak challenge dalam hal menarik dan mempertahankan karyawan potensial karena motivasi kerja bagi Generasi Millineal tidak lagi pada gaji, namun lebih kepada kepuasan dalam bekerja dan keseimbangan kehidupan dan karier.
Menekankan Kemampuan : Semakin kompetitifnya persaingan ekonomi global di 2017, mengharuskan perusahaan untuk selalu mencari cara untuk mengembangkan kemampuan kinerja karyawannya. Perekrutan dengan sistem on the job training dengan mengedepankan dalam pengembangan kemampuan individu akan lebih dipilih oleh banyak organisasi karena dianggap lebih efektif untuk merampingkan tenaga kerja mereka. Karyawan yang terampil akan lebih dapat menghemat biaya perusahaan dengan kinerja mereka yang efektif dan efisien.
Menjawab berbagai tantangan trend rekrutmen yang terjadi di tahun ini, HR dituntut untuk bisa menyesuaikan diri terhadap tantangan-tantangan tersebut. Pastikan beberapa trend perekrutan di atas membantu para profesional HR dan organisasi perusahaan untuk tetap kompetitif di masa depan. Dengan semangat ingin maju dan terbuka akan teknologi yang lebih dimiliki oleh Generesi Millennial, seharusnya menjadikan nilai tambah untuk perusahaan karena secara tidak langsung mereka dapat mengubah cara kerja suatu organisasi. Di mulai dari keinginan untuk jam kerja yang lebih fleksibel, perusahaan dapat menerapkan system penilaian kerja Balanced scorecard (BSC). Pengukuran kinerja berdasarkan BSC dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan metode ini sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja. Sehingga hasil kerja sekecil maupun sebesar apapun dari karyawan nantinya akan terukur secara akurat dan dapat dibuktikan untuk masing-masing karyawan. System penilaian kinerja ini dirasa cukup adil bagi karyawan generasi millennial yang yang berpikiran maju dan efisien, karena memang pada dasarnya untuk mempertahankan dan menarik kandidat potensial, suatu organisasi harus bisa mengubah cara mereka bekerja dan bahkan menghapus beberapa praktek yang sekiranya menghambat kinerja perusahaan.
Selain pola penerapan system diatas, perusahaan dapat menantang Generesi Millennial dengan merubah cara perekrutan karyawan khususnya dibidang IT atau industri kreatif. Contohnya, perusahaan dapat memanfaatkan teknologi internet untuk mengunggah resume yang ia buat dalam bentuk video di halaman Facebook maupun You-tube. Metode seperti ini dapat digunakan oleh perekrut untuk menemukan kandidat yang outstanding dalam bidang kemampuan maupun kreatifitasnya untuk menunjang kinerja kandidat tersebut nantinya.
Selain paparan diatas, Manajemen perusahaan juga diharapkan lebih proaktif meninjau ulang strategi dan metode pelatihan karyawan serta sistem manajemen SDM sehingga inisiatif tindakan ini diharapkan mampu membangun landasan utama mengelola SDM yang berdampak terhadap bisnis dan daya saing perusahaan di kancah global.