Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Aset Dengan Nilai Buku Nol Masih Dipakai?

08 April 2015
Category: MANAGEMENT SYSTEM
Penulis:         Natania Ongkowidjojo, S.E.
Bagaimana Pengakuan Akuntansi Untuk Aset Dengan Nilai Buku Nol Masih Dipakai?

Di perusahaan-perusahaan besar, sering kali ditemukan adanya aset dengan nilai buku nol namun masih dipakai, atau bisa disebut dengan “aset zombie”. Misalnya:

  • Mobil operasional perusahaan, di mana nilai bukunya sudah habis sehingga sudah tak disajikan lagi di dalam daftar Aset Tetap. Namun pada kenyataannya, mobil ini masih sering dipakai belanja oleh pegawai.
  • Layar monitor computer perusahaan dengan tipe cembung, secara perhitungan sudah habis disusutkan, sehingga nilai pakainya (nilai bukunya) di daftar aset sudah nol. Tetapi kenyataannya masih dipakai oleh orang gudang.

Dalam Akuntansi, suatu aset bernilai buku nol ketika sudah tidak memberi manfaat apa-apa kepada perusahaan. Fenomena “aset zombie” akan terjadi bila ada aset telah bernilai buku nol tetapi nyatanya masih dioperasikan oleh perusahaan—yang artinya: manfaat aset pada buku lebih cepat habis dibandingkan faktanya di lapangan.

Apakah itu masalah?Ketika ada fenomena aset zombie, artinya Laporan Keuangan perusahaan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya—nilai buku sudah nol padahal aset masih memberi manfaat (masih dioperasikan). Berarti:

  • Pada sisi ASET (Neraca), nilai “Aset Jangka Panjang” (Long-term Assets) terlalu kecil diakui; dan
  • Pada Sisi EKUITAS PEMILIK (Neraca), nilai “Laba Ditahan” (Retained Earning) juga terlalu kecil diakui.
  • Nilai “Laba Ditahan” terlalu kecil diakui karena selama ini “Laba Bersih” setiap periodenya terlalu kecil duakui.
  • Nilai “Laba Bersih” terlalu kecil diakui karena “Biaya” terlalu besar diakui.

Intinya, terjadi “SALAHSAJI” (misstatement).

Jika aset zombie sedikit dan nilainya kecil maka salahsaji yang ditimbulkan tidak material, sehingga tidak perlu melakukan tindakan apa-apa. Namun bila nilainya besar, salahsaji yang ditimbulkan sudah pasti bersifat material dan bisa menyesatkan pengguna Laporan Keuangan (internal dan eksternal), sehingga harus dikoreksi.

Untuk tahu akun apa yang perlu dikoreksi dan bagaimana jurnal koreksinya, telusuri dan temukan apa yang salah dari perlakuan akuntansi atas aseet tersebut, di mana ini terjadi karena aset disusutkan terlalu cepat. Artinya juga, pengakuan “Beban Penyusutan” setiap periodenya terlalu tinggi, sehingga “Akumulasi Penyusutan” terlalu cepat meningkat.Sehingga hampir bisa dipastikan kesalahan pasti terjadi pada hitung-hitungan penyusutan. Untuk itu, periksa perhitungan penyusutan asset, apakah penyusutan per periodenya sudah benar? Apakah akumulasi penyusutannya sudah benar? Sehingga tiba pada kesimpulan: apakah sudah benar nilai buku mobil tersebut habis di tahun yang ditetapkan?

Kesalahan hampir selalu terjadi pada urusan KAPITALISASI BEBAN TERKAIT ASET. Sebagian besar perusahaanhampir selalu membebankan biaya terkait aset sebagai biaya maintenance. Pada mobil misalnya, pengeluaran apapun terkait dengan mobil operasional perusahaan dan berapapun nilai rupiahnya, selalu dicatat. Yang benar, perusahaan harusnya memilah-milah pengeluaran mana yang bisa dibebankan langsung pada periode berjalan sebagai “Biaya Maintenance” dan mana yang mestinya DIKAPITALISASI sebagai pengurang AKUMULASI PENYUSUTAN aset terkait.

Dampak masih adanya Aset dengan nilai buku nol:

    -Nilai Aset menjadi nampak lebih rendah – Karena nilai buku aset nol padahal masih memberi manfaat, akibatnya total nilai aset menjadi nampak lebih rendah dari faktanya (di satu sisi)

    -Laba Ditahan menjadi nampak lebih kecil – Karena biaya reparasi yang harusnya dikapitalisasi (dan dibebankan bertahap melalui penyusutan) tetapi dibebankan sekaligus, akibatnya Laba menjadi lebih rendah dan hasil akhirnya Laba Ditahan juga nampak lebih rendah (di sisi lainnya).

Jika nilainya material, dan aset masih nampak dicantumkan dalam jadwal penyusutan dengan nilai penyusutan NOL setiap periodenya, maka sebaiknya dikoreksi dengan jurnal:

[Debit]. Akumulasi Penyusutan = Rp xxx
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp xxx

Jika nilainya material, namun sudah dihapus dari Jadwal penyusutan, tak ada yang bisa dilakukan (tak mungkin anda mengakui aset baru sementara tidak ada pembelian).Selain fenomena aset bernilai buku nol tapi masih digunakan, yang kerap disebut aset zombie juga adalah aset yang pembeliannya tidak tercatat, sehingga tak pernah masuk buku perusahaan.

Dilihat dari sudut pandang internal control, ini jauh lebih berbaya dibandingkan jenis aset zombie yang dibahas di atas. Sebab ada sinyalemen fraud di sini (besar kemungkinan ada pembelian aset namun tidak dicatat di dalam buku perusahaan). Ini lumrah terjadi pada aset-aset portable yang mudah dibawa antara kantor dan rumah (handphone, tablet, laptop, dan sejenisnya).

Untuk menangani hal ini, bereskan urusan keabsahan status asetnya terlebih dahulu. Dan mungkin perlu lewat HRD. Setelah diinvestigasi dan jelas status aset itu adalah milik perusahaan, disana anda akui dan masukkan ke dalam jadwal penyusutan.Itulah fenomena aset zombie yang perlu diperhatikan oleh bagian akuntansi dalam perusahaan.

   For Further Information, Please Contact Us!