Subjective Well Being : Aspek Penting Dalam Mengembangkan Kualitas Serta Potensi Diri
18 October 2016
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Dian Khalisha Dwi Nurhadi, S.M.
Alkisah di suatu restaurant terjadi sebuah kekacauan yang diakibatkan oleh seekor kecoa yang hinggap di baju yang dikenakan salah seorang pengunjung wanita. Pengunjung tersebut berteriak histeris dan sebisa mungkin mengusir kecoa tersebut dari bajunya. Namun sikap reaktif yang ditimbulkan tidak menyelesaikan masalah karena justru kecoa tersebut terbang dengan cepat dan hinggap ke baju salah seorang pengunjung wanita lainnya. Kejadian yang sama berulang bahkan mengundang respon yang tidak kalah heboh dari pengunjung lainnya akibatnya suasana di restaurant menjadi semakin riuh.
Hingga kemudian kecoa tersebut terbang terus berpindah tempat serta terakhir hinggap di kemeja salah seorang pelayan wanita disana. Namun yang tidak diduga bukan reaksi menjerit yang muncul namun pelayan itu terdiam sejenak beberapa detik. Bukan berarti ia tidak takut atau jijik dengan hewan tersebut namun ia sedang berupaya menenangkan diri serta berupaya mencari solusi melalui pemikirannya. Hingga kemudian tindakan yang diambil adalah mencoba meraih “antena” kecoa tersebut dan membawanya keluar restaurant tanpa mematikan hewan tersebut.
Setelah kejadian tersebut, akhirnya restoran bisa kembali tenang dan kondusif.
Namun apa yang dapat kita petik dari kisah tersebut ?
Kecoa memang ditakdirkan sebagai hewan yang menjijikkan, dan sampai kapanpun kondisinya akan tetap seperti itu. Namun poin inti yang dapat diambil adalah bagaimana kita menghadapi masalah tersebut. Dua pengunjung pertama tidak dapat menyelesaikan masalah kecoa dengan baik. Mereka panik dan melakukan tindakan tanpa berupaya berpikir jernih, sehingga membuat suasana semakin runyam. Sedangkan sang pelayan? Dengan pemikiran matang dan sikap tenang berhati-hati maka hasil yang diperoleh justru solutif dimana kecoa tersebut bisa diusir keluar dalam kondisi tetap hidup.
Apa korelasinya dalam dunia kerja ?
Kembali pada permasalahan di tempat kerja seringkali kita menemui banyak hal seperti halnya rekan kerja yang berkhianat, target besar dengan deadline yang ketat, atasan yang otoriter, bawahan yang sulit diatur dan seterusnya. Situasi ini sampai kapanpun tidak berakhir menyenangkan. Namun bukan itu yang membuat kondisi kehidupan kita di dunia kerja semakin kacau. Ketidakmampuan kitalah untuk menghadapi masalah tersebut dengan tenang dan solutiflah yang menjadi penyebabnya.
Dalam teori psikologi, hal ini dikenal dengan istilah Subjective Well Being. Subjective Well Being merupakan suatu aspek penting dalam mengembangkan sebuah kualitas hidup yang positif. Teori ini berkaitan dengan tingkatan emosi dan bagaimana individu memahami dunia serta dirinya sendiri. Tidak heran kalau kemudian subjective well being ini erat kaitannya dengan kebahagiaan, yakni sebuah keadaan psikologis positif yang dicirikan dengan tingginya tingkat kepuasan terhadap hidup, tingginya tingkat emosi positif serta sebaliknya menurunkan atau bahkan meniadakan tingkat emosi negatif.
Sebagai seorang karyawan yang mengemban tanggung jawab untuk memberikan kontribusi positif baik bagi perusahaan maupun bagi diri sendiri, maka kita perlu mengendalikan diri dengan berusaha mencapai subjective well being yang optimal. Dengan demikian, dalam menghadapi segala kendala di kehidupan bekerja, kita bisa menyikapinya dengan emosi positif sehingga berdampak pada hasil kerja yang positif pula.
Reaksi kita terhadap sebuah permasalahan yang tidak hanya terbatas dalam dunia kerja namun juga di kehidupan pribadi merupakan sumber penentu bagaimana kekacauan akan semakin pelik dalam hidup ini, melebihi masalah itu sendiri. Orang yang bahagia dalam hidupnya, bukan berarti tidak memiliki masalah, namun mereka dapat bereaksi dengan cara yang tepat mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya tersebut.
Seperti apakah bentuk beraksi dengan cara yang tepat khususnya jika menghadapi permasalahan di tempat kerja?
Cobalah dalam menghadapi setiap permasalahan dengan berpikir secara matang sebelum bertindak terutama memikirkan resiko atau konsekuensi yang akan dihadapi serta lakukan dengan upaya-upaya serta cara yang bijak. Diharapkan dengan demikian kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih ringan serta memperoleh kebahagiaan.