Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

CULTURAL INTELLIGENCE KOMPETENSI YANG MAKIN DIBUTUHKAN DALAM BISNIS SAAT INI (Bagian 1)

03 October 2016
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:         Dra. I. Novianingtyastuti, Psi
CULTURAL INTELLIGENCE KOMPETENSI YANG MAKIN DIBUTUHKAN DALAM BISNIS SAAT INI (Bagian 1)

Cultural intelligence adalah ketrampilan yang makin penting dalam dunia bisnis saat ini. Dunia makin “datar” dan dengan mudah kita terhubung dengan siapapun di manapun. Tak dapat dihindari, orang bekerja dan hidup dalam komunitas multikultural. Kita akan makin sering berhadapan dengan orang dari ras, budaya dan latar belakang yang berbeda. Dalam situasi demikian, butuh serangkaian perspektif, pengetahuan dan ketrampilan mengenali perbedaaan budaya agar dapat memahami dan beradaptasi dengan mulus dalam berbagai situasi.

Kemajuan teknologi dan munculnya generasi baru memunculkan dunia kerja, cara kerja dan jenis-jenis pekerjaan baru -- yang sangat berbeda dengan yang pernah ada sebelumnya. Orang bisa bekerja dari mana saja dan berinteraksi dengan orang lain di belahan bumi yang berbeda. Blur-nya batas negara, membuat pergerakan karyawan ke negara lain makin meluas. Sementara itu, makin banyak perusahaan merekrut juga talent asing untuk mengembangkan bisnisnya.

Bekerja dengan orang dari latar belakang berbeda seringkali membuat kita lupa bahwa orang-orang tersebut mempunyai perspektif dan persepsi yang berbeda dengan diri kita. Karena itu penting untuk mengembangkan kepekaan budaya. Cultural intelligence membuat kita menjadi lebih memahami dan sensitif terhadap orang lain. Kemampuan kita dalam menjembatani perbedaan budaya dapat meningkatkan bisnis kita. Sebaliknya, ketidakmampuan akan hal ini bisa menghancurkan bisnis. Seseorang yang belajar bagaimana kecerdasan ini dibangun akan mengalami proses dimana ia mendapatkan perspektif dan insight berbeda tentang dirinya dan orang lain yang tidak perlu diperdebatkan. Perbedaan ini justru membantu mendapatkan solusi lebih baik dalam situasi lintas budaya.

Mengapa Cultural Intelligence Penting?

Pada masa sekarang, multiple project based makin familiar. Orang dengan berbagai latar belakang keahlian berbeda dari berbagai lokasi bekerja bersama dalam satu team. Perbedaan ini justru dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi, jika kita meletakkannya dalam persepsi yang benar dengan sudut pandang sama. Cara kita memperlakukan orang lain akan mempengaruhi kesan bagaimana orang lain memandang diri kita. Itu sebabnya mengapa kemampuan memahami perbedaan budaya sangat membantu berkomunikasi secara efektif dan merekatkan hubungan kerja yang produktif.

Penting bagi seseorang agar “cerdas budaya” -- mempunyai tingkat empati yang tinggi sehingga bisa menerima perbedaan budaya. Apalagi jika bisnis masuk ke pasar internasional, maka kita harus pandai dalam melakukan komunikasi antar budaya. Menemukan hal-hal penting dari perbedaan itu akan sangat membantu dalam memahami orang lain dan menghilangkan hambatan dalam komunikasi. Intinya, menumbuhkan cultural intelligence membantu perusahaan mendapatkan competitive edge dalam bidang bisnis apapun yang ditekuni.

Definisi Cultural Intelligence

Cultural intelligence (kecerdasan budaya) merujuk pada kemampuan individu untuk memahami, berpikir dan berperilaku secara efektif pada situasi-situasi yang bercirikan perbedaan antar budaya. Cultural intelligence, menurut Plum, memiliki tiga dimensi, yaitu keterlibatan antar budaya (intercultural engagement), pemahaman budaya (cultural understanding), dan komunikasi antarbudaya (intercultural communication).

Keterlibatan antarbudaya mencakup motivasi untuk mencapai hasil positif dari perpaduan antarbudaya. Motivasi ini dapat berasal dari tujuan dorongan eksternal, seperti kebutuhan untuk membangun strategi dan inovasi. Dapat juga berasal dari dorongan internal seperti rasa ingin tahu. Adapun pemahaman budaya mensyaratkan pengetahuan tentang budaya sendiri dan budaya lain. Pemahaman budaya juga mencakup fleksibilitas dan kemampuan untuk mentransfer pengalaman dari satu budaya kepada budaya yang lain.

Sementara komunikasi antar budaya adalah aktivitas dan komunikasi saat terjadinya pertemuan budaya. Terdiri dari beragam jenis komunikasi interpersonal seperti mendengarkan, mempertanyakan, merangkum, menyepakati, tidak menyepakati, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya keterampilan-keterampilan yang telah dipelajari untuk mengelola hubungan dengan orang lain; misal etiket, ritual, peran, teknik. Contoh kapabilitas tingginya cultural intelligence adalah kemampuan mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dalam situasi lintas budaya; pemahaman yang luas terhadap situasi yang bersifat multikultural; keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dan ketertarikan untuk menjalani pengalaman dengan latar budaya yang beragam; dan kemampuan untuk menyesuaikan perilaku verbal dan nonverbal guna menanggapi karakteristik budaya.

Level Kompetensi Cultural Intelligence

Livermore (The Cultural Intelligence Difference, 2011) menggambarkan tingkatan cultural intelligence, dalam bentuk skala. Dari 1 (cultural intelligence rendah) hingga skala 5 (cultural intelligence tinggi). Skala dalam cultural intelligence dan contoh perilakunya adalah sebagai berikut :

Skala 1 : Kita bereaksi terhadap stimuli eksternal (apa yang kita lihat, dengar, atau rasakan, dalam lingkungan budaya baru) dan kita langsung membuat penilaian berdasarkan budaya kita sendiri. Contoh : Kita melihat seseorang yang diam selama rapat berlangsung, kemudian kita menganggap bahwa mereka sedang menunjukkan kebosanannya.

Skala 2 : Kita mulai mengenali norma-norma yang berlaku dalam budaya lainnya dan kita termotivasi untuk mempelajari lebih dalam bagaimana perbedaan-perbedaan antar budaya. Contoh : Kita melihat seseorang yang diam selama rapat berlangsung, kemudian kita merasa penasaran apakah perilaku diam dalam budaya orang tersebut memiliki makna yang sama dengan perilaku diam dalam budaya kita.

Skala 3 : Kita mulai mengakomodir norma-norma budaya yang lain ke dalam pikiran kita. Kita dapat menjelaskan bagaimana suatu budaya dapat mempengaruhi cara seseorang dalam merespon keadaan. Kita paham bahwa situasi atau realitas yang sama dapat direspon secara berbeda oleh orang-orang yang berbeda budayanya. Contoh : Kita melihat seseorang yang diam selama rapat berlangsung, kemudian kita berusaha mencari tahu apakah diamnya mereka merupakan bentuk penghargaan, sebagaimana yang berlaku di beberapa budaya lainnya.

Skala 4 : Kita beradaptasi dan menyesuaikan pikiran dan perilaku kita dengan norma-norma yang berlaku dalam budaya lain. Contoh : Kita melihat seseorang yang diam selama rapat berlangsung, kemudian kita meminta dia untuk memberikan pendapatnya (dalam hal ini kita tahu bahwa menurut budaya mereka memberikan pendapat adalah sesuatu hal yang tidak sopan, kecuali jika diminta).

Skala 5: Secara otomatis kita melakukan penyesuaian pikiran dan perilaku, saat kita mendapatkan isyarat yang sesuai. Seringkali hal ini terjadi tanpa kita disadari sepenuhnya. Contoh : Kita melihat seseorang yang diam selama rapat berlangsung, kemudian kita langsung menawarkan beberapa pilihan cara menyampaikan pendapat. Pada saat melihat isyarat-isyarat tertentu, secara otomatis kita langsung menyadari bahwa dalam budaya mereka ‘diam’ itu dimaksudkan untuk menunjukkan respek / penghargaan.

Manfaat Cultural Intelligence

Cultural intelligence membawa manfaat bagi organisasi dalam berbagai aspek. Dalam memahami pelanggan, mengelola sumber daya manusia (SDM), menyesuaikan gaya kepemimpinan, dan meningkatkan efektivitas komunikasi. Saat ini makin banyak organisasi yang melakukan ekspansi dengan membidik pasar di luar areanya, yang pastinya memiliki karakter budaya yang berbeda dengan daerah asalnya. Cultural intelligence memungkinkan organisasi mengenali sifat-sifat pelanggan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Maka tidak heran bila makin banyak perusahaan yang merekrut karyawan yang memiliki cultural intelligence agar dapat memberikan respons yang efektif terhadap pelanggan dengan latar belakang budaya yang berbeda.

Karyawan dengan tingkat cultural intelligence yang tinggi serta mampu meningkatkan keragaman budaya, diharapkan dapat menyelaraskan kegiatan pemasaran dan pengembangan produk yang kompetitif bagi pelanggan di wilayah yang berbeda-beda. Dalam mengelola SDM, cultural intelligence mutlak diperlukan. Seiring dengan maraknya globalisasi dan lajunya pertumbuhan, organisasi dituntut merekrut, mengembangkan, serta mempertahankan talenta-talenta terbaik dengan latar belakang yang beragam untuk berinteraksi dengan para pemangku kepentingan yang semakin beragam pula. Oleh karena itu, organisasi wajib mempertimbangkan faktor cultural intelligence sebagai bagian integral dari kebijakan SDM-nya.

Cultural intelligence juga sangat bermanfaat dalam kaitan dengan leadership style. Setiap budaya memiliki preferensi beragam berkaitan dengan gaya kepemimpinan. Sebagai contoh, budaya tertentu menghargai gaya kepemimpinan partisipatif, dimana pemimpin melibatkan pengikutnya dalam pengambilan keputusan. Sementara di tempat yang berbeda, anggota organisasi menyerahkan keputusan kepada pemegang jabatan tertinggi. Cultural intelligence yang diaplikasikan dalam keterampilan interpersonal akan meningkatkan kemampuan dalam memahami realitas perbedaan antara diri kita dengan orang lain. Kecerdasan ini akan memungkinkan kita melihat dengan jelas dan ‘fair’ pola-pola perilaku, standar norma dan nilai-nilai (budaya) orang lain tanpa ‘terganggu’ oleh budaya kita sendiri.

Jika diri atau organisasi kita ingin makin dipertimbangkan dalam bisnis, maka asahkan cultural intelligence sejak sekarang.Semakin tinggi cultural intelligence, maka semakin mudah dan semakin efektiflah kita dalam memulai dan menjalani dan menikmati sebuah hubungan interpersonal -- khususnya dengan orang yang memiliki latar belakang budaya berbeda.(*)

   For Further Information, Please Contact Us!