Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Susu Pasteurisasi Dan Penerapan HACCP

27 June 2016
Category: PRODUCTIVITY AND QUALITY
Penulis:         Erick Setiawan Gunawan, SP
Susu Pasteurisasi Dan Penerapan HACCP

Susu merupakan salah satu pangan yang tinggi kandungan gizinya, bila ditinjau dari kandungan protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin. Dalam memenuhi kebutuhan protein, terutama pada kasus penderita gizi buruk, susu merupakan pilihan pertama. Sehingga ketersediaan susu perlu diperhatikan untuk memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Akan tetapi, susu juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Usaha memenuhi ketersediaan susu harus disertai dengan usaha meningkatkan kualitas dan keamanan produk susu, karena seberapa pun tinggi nilai gizi suatu pangan tidak akan ada artinya apabila pangan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Untuk Indonesia, sebaiknya susu yang berkualitas dan cukup aman bagi konsumen memenuhi persyaratan yang tertuang dalam SNI susu segar (BSN, 1996) dan SNI pengujian susu segar (BSN, 1998a). Pasteurisasi merupakan salah satu usaha memperpanjang daya tahan susu, mencari bentuk lain dari susu segar, dan dapat juga ditambah dengan aroma tertentu serta dikemas dalam kemasan yang menarik. Pasteurisasi merupakan salah satu cara pengolahan susu dengan cara pemanasan untuk mempertahankan mutu dan keamanan susu. Susu pasteurisasi siap minum merupakan salah satu produk susu yang telah banyak diminati oleh konsumen. Susu pasteurisasi merupakan bentuk lain dari susu segar dan merupakan salah satu cara untuk memperpanjang daya tahan susu segar (RENNIE, 1989). Jaminan kualitas dan keamanan pada susu pasteurisasi diharapkan akan dapat meningkatkan konsumsi susu secara umum, dan secara tak langsung akan mendorong upaya peningkatan produksi susu. Peningkatan konsumsi susu yang diharapkan adalah peningkatan konsumsi susu segar atau susu murni, bukan susu bubuk dalam kaleng. Susu pasteurisasi juga dapat merupakan produk alternatif dari koperasi, untuk mendapatkan nilai tambah dari susu yang diproduksi peternak, sehingga mengurangi ketergantungan peternak pada industri yang umumnya menetapkan harga jual susu yang relatif rendah. Di beberapa negara berkembang dengan konsumsi susu yang tinggi seperti India, Nepal Bhutan, Kenya, Afrika Selatan dan Syria, mempunyai beberapa produk olahan susu seperti halnya susu yang diasamkan, susu yang difermentasi, keju dan lemak susu. Produk-produk tersebut ada yang berbentuk padat, semi padat ataupun cair (FAO, 1990). Di Indonesia, tingkat konsumsi susu rata rata masih rendah, dengan target konsumsi standar kecukupan gizi 6,4 kg kapita-1 tahun-1, pada tahun 1998 baru tercapai sekitar 4,2 kg kapita-1 tahun-1. Negara Asia yang konsumsi susunya di atas 10 kg kapita-1 tahun-1 adalah Kamboja. Laos dan Jepang, sedangkan yang mendekati 30 kg kapita-1 tahun-1 adalah Iran, Myanmar dan India. Dalam hal konsumsi protein hewani secara umum, dapat dikatakan Indonesia juga berada pada urutan paling rendah, yaitu baru 4,19 g kapita-1 hari-1, sedangkan yang ingin dicapai adalah 6 g kapita-1 hari-1. Negara yang baru dilanda perang relatif masih lebih tinggi seperti Kamboja 5,46 g, Myanmar 6,07 g, Vietnam 6,28 g dan Laos 7,8 g kapita-1 hari-1 (MENTAN, 2000). Kualitas atau mutu dari bahan pangan akan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia sebagai konsumen. Kualitas bahan pangan meliputi nilai gizi yang cukup, bebas dari cemaran kimia maupun cemaran mikrobiologis serta memberikan ketentraman batin bagi konsumen karena halal. Jaminan mutu terhadap keamanan pangan secara konvensional yang hanya berdasarkan inspeksi produk akhir tidak dapat menjamin mutu secara keseluruhan. Pengawasan mutu pangan berdasarkan prinsip-prinsip pencegahan dipercayai lebih unggul dibandingkan dengan cara-cara tradisional yang menekankan pada pengujian produk akhir di laboratorium. Suatu konsep jaminan mutu yang khusus diterapkan untuk pangan dikenal dengan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points). Sistem HACCP merupakan sistem manajemen keamanan pangan. Munculnya konsep HACCP, bertitik tolak dari meningkatnya kesadaran konsumen terhadap kesehatan, yang melahirkan tuntutan terhadap jaminan keamanan dan kelayakan mutu atas pangan dan bahan pangan yang dikonsumsi (BILLY dan WACHSMUTH, 1997; DRESSEN, 1998; WIRYANTI, 1999) Konsumen beranggapan pengawasan mutu yang dilakukan pada pengawasan produk akhir saja belum dapat menjamin keamanan maupun kelayakan mutu makanan seutuhnya sesuai tuntutan konsumen. HACCP merupakan suatu sistem pengawasan mutu untuk industri pangan yang dapat menjamin keamanan pangan, yang dapat mencegah bahaya atau resiko yang mungkin timbul dan menetapkan pengawasan tertentu dalam usaha pengendalian mutu pada seluruh rantai produksi pangan. Dalam konsep jaminan mutu tersebut, bahan yang dapat membahayakan keselamatan manusia atau yang merugikan akan diidentifikasi dan diteliti. Demikian juga simpul atau titik dimana kemungkinan besar terjadi bahaya akan diidentifikasi, mulai dari penyediaan bahan baku, selama tahapan proses pengolahan hingga produk siap dikonsumsi (CROWTHER, 1996). Suatu penelitian dilakukan pada unit prosesing, yang memproduksi susu pasteurisasi, dengan melakukan pengamatan sepanjang mata rantai produksi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kendala dan faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan keamanan pada proses produksi susu pasteurisasi dalam kaitannya dengan penerapan HACCP.

   For Further Information, Please Contact Us!