PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
30 May 2016
Category: AUDIT
Penulis:
Denis Fransisca. S.E.
Dalam mengaudit sebuah perusahaan tentunya seorang auditor memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan sesuai dengan prosedur audit yang benar. Untuk langkah awal yang dilakukan auditor adalah harus menetapkan risiko pengendalian dan pengujian pengendalian agar untuk merencanakan langkah-langkah audit yang akan dilakukan seorang auditor dapat melakukannya dengan tepat dan benar, yaitu menetapkan pengendalian untuk setiap asersi penting yang terdapat pada saldo rekening, kelompok transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan dan merancang pengujian substantif untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.
Penetapan risiko pengendalian adalah proses penilaian tentang efektivitas suatu perusahaan dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material dalam penyususnan laporan keuangan. Risiko pengendalian ditetapkan untuk masing-masing asersi pengolahan transaksi, dan karena banyak kegiatan pengendalian berkaitan dengan jenis-jenis transaksi tertentu, maka auditor biasanya memulai dengan menetapkan risiko untuk asersi-asersi kelompok tansaksi seperti asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian untuk transaksi-transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Hasil penetapan risiko tersebut kemudian digabungkan sedemikian rupa sehingga dapat ditetapkan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok transaksi tersebut.
Dalam menetapkan risiko pengendalian untuk suatu asersi, auditor perlu melakukan hal-hal berikut :
-Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah pengendalian yang berhubungan dengan asersi telah dirancang dan dioperasikan oleh manajemen perusahaan.
-Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi perusahaan.
-Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan akan mampu untuk mencegah dan mendeteksi salah saji.
-Melakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk menetapkan efektivitas rancangan dan pengoperasiannya.
-Mengevaluasi bukti dan menetapkan risiko.
Auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang diperkirakan dapat mencegah atau mendeteksi salah saji potensial tertentu, baik dengan menggunakan perangkat lunak komputer ataupun secara manual, yaitu dengan menggunakan daftar pengecekan, misalkan seperti contoh berikut ini.
Contoh pengujian manual :
Asersi
|
Pengendalian yang diperlukan
|
Pengujian pengendalian
|
-Penilaian atau klasifikasi
Transaksi pengeluaran kas mungkin tidak dicatat(kelengkapan) atau dapat juga dicatat dengan jumlah yang salah.
|
Semua transaksi pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek
|
Tanyakan tentang metode untuk melakukan pengeluaran kas, dan periksa buku cek.
|
Semua cek harus bernomor, tercetak dan dipertanggungjawabkan
|
Periksa buku cek untuk memastikan bahwa semua cek telah bernomor tercetak dan periksa urutan pemakaiannya pada register cek atau jurnal pengeluaran kas.
|
Cek yang belum digunakan harus disimpan pada tempat yang aman
|
Observasi penanganan dan penyimpanan cek.
|
Pengecekan secara independen antara ikhtisar harian cek yang diterbitkan dengan penjurnalan ke pengeluaran kas.
|
Observasi pelaksanaan pengecekan independen dan/atau lakukan pengecekan independen.
|
Rekonsiliasi bank periodik secara independen.
|
Obsevasi pembuatan rekonsiliasi dan/atau periksa rekonsiliasi bank.
|
Penetapan pengendalian yang diperlukan harus dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan pertimbangan-pertimbangan lain. Sebagi contoh, apabila volume transaksi pengeluaran kas cukup tinggi, maka pengecekan independen mengenai kecocokan antara ikhtisar cek yang dikeluarkan harian dengan jurnal pengeluaran kas yang memungkinkan terdeteksinya kesalahan dengan segera menjadi cukup penting. Namun apabila volume transaksi pengeluaran kas tidak begitu banyak dan deteksi kesalahan segera tidak begitu penting, maka rekonsiliasi bank independen secara periodik sudah dipandang cukup. Dalam situasi seperti ini, rekonsiliasi bank disebut sebagai pengendalian pengganti.
Melakukan pengujian pengendalian
Pada kolom ketiga pada tabel contoh, menunjukkan daftar kemungkinan pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian yang diperlukan yang telah ditetapkan pada kolom dua. Pengujian tersebut meliputi pemilihan suatu sampel dan inspeksi atas dokumen-dokumen yang bersangkutan, pengujian pertanyaan pada personil perusahaan, mengobservasi personil perusahaan dalam melaksanakan prosedur pengendalian, dan melakukan ulang pengendalian tertentu. Hasil dari setiap pengujian pengendalian harus memberikan bukti tentang efektivitas rancangan dan/atau pengoperasian pengendalian yang diperlukan. Sebagai contoh, dengan membandingkan tandatangan otorisasi dalam suatu dokumen dengan contoh tandatangan yang dimiliki auditor dari perusahaan, dapat diperoleh bukti mengenai efektivitas pengendalian berupa pemberian otorisasi secara tepat yang bertujuan agar pemberian otorisasi hanya dapat dilakukan oleh personil yang ditetapkan perusahaan.
Beberapa jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor adalah sebagai berikut:
-Pengajuan pertanyaan berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas personil perusahaan.
-Observasi pelaksanaan tugas para personil.
-Inspeksi atas dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang menunjukkan pelaksanaan pengendalian.
-Pengerjaan ulang (reperform) pengendalian oleh auditor.
Tiga prosedur yang disebut pertama, dilakukan juga oleh auditor dalam mendapatkan pemahaman tentang sistem pengendalian internal (SPI), sedangkan prosedur keempat yaitu pengerjaan ulang (reperformance) tidak digunakan pada saat itu. Dalam melakukan pengujian, auditor memilih prosedur-prosedur yang akan menghasilkan bukti yang paling dapat dipercaya tentang efektivitas kebijakan dan dapat diterapkan dan sama efektifnya dalam memperoleh bukti.