Mana Yang Lebih Penting Antara Soft Skill Dengan Hard Skill Bagi Seorang Sekretaris?
31 March 2016
Category: SECRETARY
Penulis:
Ika Kusella Ria Roshyda
Pembelajaran Kehidupan terbagi menjadi dua yaitu pembelajaran formal dan pembelajaran informal. Pembelajaran formal dilakukan pada lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, atas, dan perguruan tinggi, sedangkan pembelajaran informal dilakukan melalui lembaga kursus ataupun lembaga lainnya. Dua hal pembelajaran ini sering disebut dengan hardskill, keberhasilan hardskill tampak pada indeks prestasi yang diraih ataupun sertifikat yang didapat pada lembaga pendidikan keterampilan. Hardskillini merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Contoh kemampuan hardskill adalah keterampilan teknis seperti keuangan, komputer, kualitas, atau keterampilan perakitan.
Bagaimana dengan softskill ?, softskill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Softskill dapat dilihat dari pengalaman dalam berorganisasi, contoh softskill adalah pribadi dan perilaku interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia misalnya, pelatihan, pembentukan tim, memecahkan masalah dan pengambilan keputusan, inisiatif, memiliki integritas yang tinggi, loyalitas, tanggung jawab, mampu pengambilan resiko, jujur, teliti, antisipative, responsive, dan juga motive (achievement).
Dalam prakteknya hardskill dan softskill selalu berdampingan ketika seorang sekretaris berada di dunia kerja. Keduanya ini akan membentuk sebuah kompetensi yang penting. Dewasa ini kebanyakan perusahaan mensyaratkan paduan antara hardskill dengan softskill. Perusahaan menganggap bahwa percuma jika hardskill saja yang bagus namun softskillnya tidak. Perusahaan cenderung memilih karyawan yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hardskillnya lebih rendah. Alasannya sederhana, yaitu memberikan pelatihan keterampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi, yaitu ”Recruit for Attitude, Train for Skill“.
Dengan demikian, ditekankan bahwa setiap pekerja di tingkat manapun sebetulnya membutuhkan gabungan antara hardskill maupun softskill. Hardskill membuat seseorang sekadar bisa bekerja. Sedangkan softskill akan memoles seorang tersebut untuk bisa menampilkan hasil pekerjaannya secara excellent. Misalnya saja, untuk seorang sekretaris, apabila ia menguasai teknik presentasi dan seni berkomunikasi yang baik, maka ia bisa memberikan ‘warna’ yang lain ketika melaporkan hasil pekerjaannya, jika laporan tersebut disampaikan dengan penuturan yang jelas dan dibalut oleh presentasi yang menarik.
Bisa jadi beberapa orang mengerjakan satu pekerjaan yang sama dengan hasil yang sama juga. Tapi yang membuat salah satu dari mereka lebih menonjol dari yang lain adalah kemampuan penguasaan soft skill yang tinggi, yaitu mereka yang menguasai dengan baik seni berkomunikasi, menjalin relasi, leadership, dan sebagainya,. “Biasanya orang-orang yang memiliki softskill tinggi inilah yang akan lebih cepat melesat kariernya dan menjadi pemimpin di kelompoknya,”. Melihat pentingnya peran softskill dalam dunia kerja, maka idealnya baik softskill maupun hardskill, memang harus diberikan.
Soft skill dan Hard skill sangatlah penting bagi seorang sekretaris di dunia kerja. Hard skill dibutuhkan dalam mengerjakan tugas yang biasa diberikan pimpinan kepada seorang sekretaris untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan Soft skill dibutuhkan seorang sekretaris untuk memahami dan mematuhi etika, soft skill juga penting bagi seorang sekretaris untuk bersosialisasi dengan relasi perusahaan maupun dengan karyawan, orang yang lebih tua, maupun kepada orang yang memiliki posisi yang tinggi di perusahaan.
Sumber :
http://www.femina.co.id/article/hard-skill-vs-soft-skill
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/perbedaan-softskill-dan-hardskill/