Sistem Penggajian Berbasis Key Performance Indicator (KPI)
11 March 2015
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Wilidya Amrilita, S.M.
Iklim persaingan bisnis yang semakin ketat telah merangsang Perusahaan untuk berpikir bagaimana mempertahankan eksistensinya dalam kemelut persaingan. Selain revenue, kemampuan manajemen dalam mengelola SDM juga menjadi nilai tambah bagi perusahaan saat ini. Mendapatkan talent people yang ada di pasar tenaga kerjakemudian mengembangkan dan mempertahankan talent people yang sudah dimiliki oleh Perusahaan adalah poin penting dalam pengelolaan SDM. Sistem penggajian yang menarik sudah tidak dapat dipungkiri merupakan salah satu alat untuk mendapatkan dan mempertahankan Karyawan di sebuah Perusahaan. Hasil survey WorkAsia 2007/2008 yang sempat dirilis konsultan sumber daya manusia (SDM), Watson Wyatt, menyimpulkan bahwa pendorong utama keterikatan karyawan di Perusahaan adalah fokus kepada Pelanggan, Kompensasi dan Benefit, serta Komunikasi. Kemudian, mengapa masalah kinerja perlu dibahas terkait penggajian?
Seorang karyawan yang memiliki ketrampilan khusus atau bisa dibilang langka dalam dunia kerja, maka boleh jadi perusahaan yang membutuhkannya akan menggajinya lebih tinggi. Karyawan seperti ini memiliki kompetensi yang spesifik sehingga sangat penting adanya penggajian berbasis kinerja. Karyawan yang berkinerja unggul tentu harus mendapatkan imbal jasa yang berbeda dengan Karyawan yang berkinerja kurang bagus. Dalam kaitannya dengan pemberian imbal jasa maka Kinerja tersebut harus dapat diukur sehingga memberikan kepastian dan rasa adil dari karyawan yang dinilai kinerjanya. Tanpa adanya pengukuran kinerja yang obyektif maka penilaian kinerja akan bias dan terkesan subyektif. Prinsip keadilan harus dijaga dan ditegakkan dalam proses penentuan gaji agar karyawan tidak mengalami penurunan motivasi karena merasa diperlakukan tidak adil. Dimulai dari pengukuran kinerja yang adil dan baik bagi semua pihak maka hal serupa akan dapat diterapkan pada pemberian gaji.
Kinerja dianggap faktor yang paling adil sebagai tolok ukur apresiasi Perusahaan terhadap Karyawannya.. Setiap perusahaan pasti telah memiliki sistem penggajian tertentu. Jika sistem tersebut dapat dipadukan dengan kinerja sebagai pertimbangan dalam memberikan gaji maka sistem penggajian pada perusahaan dapat lebih fleksibel. Sebagai contoh, Perusahaan dapat memberikan gaji pokok berdasarkan besaran Upah minimum yang berlaku kemudian untuk tunjangan dan benefit lainnya perusahaan bisa menggunakan kinerja sebagai acuannya. Hal ini tentu akan lebih menarik dibandingkan jika perusaaan harus memberikan gaji kepada karyawannya dengan sistem penggajian yang ada yang terkesan usang dan kaku.
Key Performance Indicator (KPI) merupakan serangkaian ukuran yang fokus pada aspek-aspek kinerja organisasi yang paling penting untuk keberhasilan organisasi saat ini dan waktu yang akan datang yang didukung dengan pencapaian kinerja tim/kelompok dan kinerja individu. Pada perusahaan modern yang sudah mempunyai Key Performance Indicator (KPI), maka akan lebih mudah dalam melakukan control serta planning terhadap individu karyawannya. Dengan telah diterapkannya KPI dalam sebuah perusahaan maka kinerja individu diukur secara kuantitatif sehingga dapat digunakan sebagai dasar pemberian imbal jasa. Perusahaan akan memberikan imbalan kepada mereka yang mampu bekerja mencapai atau melampaui target. Imbalan tersebut dapat diberikan dalam bentuk uang atau lainnya yang dikelompokkan sebagai insentif.
Sistem penggajianberbasis Key Performance Indicator (KPI) yang diterapkan oleh perusahaan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu produktifitas kerja Karyawan dimana perusahaan mengaitkan secara langsung kinerja (performance) dengan sistem penggajianyang diterima Karyawan.Perusahaan dan manajemen serta seluruh jajaran dalam organisasi harus menyadari juga bahwa tercapai atau tidaknya target sangat tergantung dari kreativitas, kompetensi dan komitmen perusahaan dan organ yang ada di dalam perusahaan.
Dalam memberikan imbal jasa atas kinerja dari Karyawan maka perusahaan dapat memasukkan imbal jasa ini ke dalam komponen insentif’ pada sistem penggajian yang telah ada. Jumlah insentif yang diberikan kepada seseorang harus dihubungkan dengan jumlah atau apa yang telah dicapai selama periode tertentu, sesuai dengan rumus pembagian yang telah diketahui semua pihak secara nyata dan jelas. Rumus pembagian insentif kepada Karyawan dan segala ketentuanya merupakan kesepakatan dari pihak yang terlibat dalam perumusan sistem penggajian berbasis Kinerja dimana pada akhirnya harus disepakati bersama oleh semua pihak dalam Perusahaan mengingat perusahaan akan meng-apresiasi semua jajaran anggota dalam Perusahaan. Besaran insentif yang akan diberikan Perusahaan kepada Karyawan dapat disesuaikan dengan:
1. Laba bersih yang dihasilkan oleh Perusahaan.
Secara umum, Perusahaan mengaitkan laba yang diterima dengan besaran insentif yang akan diberikan kepada Karyawan
2. Kinerja/pencapaian target prestasi Karyawan
Adanya pengukuran kinerja akan mempengaruhi besar kecilnya insentif yang diterima oleh Karyawan
3. Bobot pekerjaan masing-masing
Setiap pekerjaan tentu memiliki beban pekerjaan yang berbeda-beda sehingga diperlukan penentuan bobot yang berbeda untuk setiap pekerjaan
4. Posisi jabatan dalam struktur organisasi.
Dalam pemberian insentif, maka Perusahaan juga harus mempertimbangkan posis jabatan setiap individu. Jika seorang Manajer mendapatkan persentase insentif lebih besar dibandingkan posisi jabtan Operator maka hal ini adalah “lumrah” adanya.
5. Kemampuan dan performance perusahaan.
Besar tidaknya insentif yang akan diberikan Perusahaan kepada Karyawan harus mempertimbangkan performance perusahaan sendiri. Insentif yang diberikan kepada Karyawan ketika performance Perusahaan sedang buruktentu tidak akan sebesar insentif yang diberikan Karyawan ketika Perusahaan sedang dalam performance baik.
6. Peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Segala hal yang diputuskan terkait insentif, haruslah tetap memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku bagi Perusahaan dan organnya.
Sistem penggajian berbasis KPI dapat menjadi win-win solution bagi Karyawan dan perusahaan. Karyawan bisa mendapatkan keuntungan dengan bekerja lebih baik untuk mencapai kinerja unggul dan meningkatkan kapasitas pendapatan mereka. Sementara perusahaan akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya produktivitas dan tenaga kerja yang lebih baik.
Pemberian insentif berbasis kinerja sebenarnya merupakan bentuk upaya retention yang dilakukan Perusahaan agar tidak kehilangan sumber daya manusia terbaiknya. Mengingat kebutuhan dan keinginan Karyawan sangat banyak dan beragam, maka Karyawan harus dipertahankan dengan menggunakan ikatan financial terlebih dahulu untuk memenui kebutuhan dan keinginan mereka. Kemudian, setelah Karyawan merasa terikat dengan Perusahaan secara financial, barulah tantangan selanjutnya yang harus dihadapi Perusahaan adalah bagaimaa mengikat sumber daya manusia terbaiknya ini dalam bentuk ikatan emosional, yaitu segala hal yang bisa diberikan oleh Perusahaan namun bukan dalam bentuk uang.
Pemberian insentif hanyalah satu dari beberapa alternative yang dapat diberikan Perusahaan untuk memotivasi Karyawan agar dapat berkinerja dengan baik. Pemberian motivasi financial kepada Karyawan sebenarnya adalah tergantung pada kreativitas Perusahaan masing-masing asalkan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku serta menguntungkan bagi pihak Perusahaan maupun Karyawan.