Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Bersaing Dengan SIX SIGMA

23 February 2015
Category: PRODUCTIVITY AND QUALITY
Penulis:         Jeremia Arifin, ST
Bersaing Dengan SIX SIGMA

Di era modern setiap bidang usaha diwajibkan untuk terus meningkatkan kualitas mereka secara terus menerus apabila mereka ingin tetap eksis di dunia usaha saat ini. Mari kita ambil contoh untuk Negara Indonesia, keadaan dimana setiap usaha harus terus menambah kualitas ini dipicu oleh semakin terbukanya peraturan tentang persaingan bebas, yang mengakibatkan banyak perusahaan-perusahaan dari luar Indonesia masuk ke dalam untuk menguasai pasar dalam negeri, tentu saja pengusaha dalam negeri tidak mau untuk kalah bersaing dengan perusahaan lain. Selain tentang persaingan bebas, ada pula faktor yang mempengaruhi keadaan ini contohnya mungkin semakin sedikitnya blue ocean yang ada, sehingga mau tidak mau setiap orang akan bersaing dengan yang memiliki bidang usaha sejenis. Ada pula pengaruh dari customer yang menginginkan adanya peningkatan mutu dari setiap produk yang telah dipakainya atau customer sudah mulai jenuh dengan varians yang ada di pasar saat ini, sehingga menyebabkan daya beli dari customer akan menurun.

Industri adalah salah satu bidang usaha yang memiliki persaingan sangat tinggi dan sangat keras, hal ini disebabkan karena pertumbuhan industri di Indonesia sangat pesat sehingga banyak sekali industri sejenis yang bermunculan. Oleh karena itu suatu industri dituntut untuk selalu menjadi yang terdepan dalam persaingan yang ada. Maka kewajiban suatu perusahaan adalah meningkatkan kualitas kinerjanya dalam segala bidang untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh lingkungan serta sector industri. Jika terjadi suatu staknasi dalam suatu industri maka kemungkinan besar industri ini akan dikalahkan oleh pesaing-pesaingnya. Persaingan dalam dunia industri menjadi semakin ketat dengan adanya teknologi-teknologi manufkatur baru yang inovatif sehingga membuat suatu perusahaan dapat terus mempertahankan serta meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi.

Banyak cara untuk membuat suatu industri menjadi kompetitif di lingkungannya, beberapa diantaranya dengan bertindak preventif dalam memproduksi output yang diinginkan, semakin kita bisa mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan pada suatu produk, kita bisa meminimalisasikan biaya yang kita keluarkan untuk memperbaikan produk tersebut, dan bisa meningkatkan kepuasan konsumen dengan menghasilkan output yang selalu prima dan excellent . Banyak cara/metode yang bisa digunakan untuk melakukan hal tersebut, salah satunya adalah LEAN SIX SIGMA.

Lean Six Sigma sendiri adalah suatu metode dimana suatu perusahaan berusaha untuk menghasilkan output yang berkualitas, setiap perusahaan berusahaa untuk mencapai six sigma quality yang berarti tingkat mutu dimana hanya terjadi 3,4 defect dihasilkan dari 1000000 peluang terjadi defect (3,4 defect per million opportunities). Salah satu tool yang bisa dipakai dalam mencapai Six Sigma Quality adalah denganmenerapkan dan menganalisa DMAIC.

DMAIC adalah alat yang digunakan untuk melakukan pendekatan secara menyeluruh dalam menyelesaikan masalah dan peningkatan proses pada penerapan konsep six sigma. DMAIC memiliki singkatanDefine Measure Analysis Improve Control, pada dasarnya DMAIC ini mengambil bentuk dari konsep PDCA, hanya saja dikembangkan dengan ditambahkan Improve didalamnya. Mari kita bahas setiap tahap secara singkat.

Define adalah tahapan pertama untuk memulai Lean six sigma, define pada intinya bertujuan untuk mengidentifikasi masalah apa yang harus dipecahkan, tapi selain hanya mengidentifikasi masalah, define juga bertujuan proses apa dulu yang mau kita identifikasi sesuai dengan prioritas perusahaan. Contoh : Dalam suatu perusahaan memiliki alur kerja (input à proses 1 à proses 2 à Output à Penyimpanan. Dengan melakukan tahapan define suatu perusahaan bisa menentukan permasalahan apa dulu yang mau diselesaikan apakah itu permasalahan pada tahapan PROSES 1 atau tahapan PENYIMPANAN. Jadi Six Sigma Quality memang memiliki tujuan akhir suatu perusahaan mendapatkan 3,4 DPMO, hanya saja prosesnya bertahap dari apa yang dianggap Urgent harus segera dibenahi.

Measure adalah tahapan setelah dilakukan proses define, measure bermaksud untuk mengidentifikasi parameter apa yang harus diukur serta meriview pencapaiannya. Contoh: sebuah perusahaan air minum mengharuskan memiliki standard dalam tingkat kejernihan, tingkat kebauan, jumlah volume, kandungan o2 di dalam air. Pada tahap measure maka yang menjadi parameternya adalah TINGKAT KEJERNIHAH, TINGKAT KEBAUAN, JUMLAH VOLUME, KANDUNGAN O2. Ini adalah parameter-parameter yang telah ditentukan, setelah sepakat dengan parameter ini maka perusahaan harus me-review lagi pencapaian yang diinginkan dan pencapaian selama ini sampai pada tahap apa.

Tahapan selanjutnya setelah kita menentukan prioritas, lalu mendapatkan parameter yang kita inginkan maka kita melakukan tahapan Analysis (analisa). Pada tahapan analisa, kita mengidentifikasi keterkaitan antara faktor-faktor yang telah kita temukan pada 2 tahap sebelumnya dengan masalah yang perusahaan lagi hadapi, pada proses analisa kita melakukan breakdown masalah sampai kepada intinya, sehingga perusahaan dapat melakukan penanggulangannya.

Setelah berhasil menentukan inti permasalahan dan berhasil melakukan penanggulangannya, perusahaan tidak boleh berhenti pada “jawaban” itu saja, tetapi juga harus melakukan perbaikan demi perbaikan. Perbaikan ini masuk pada tahap IMPROVE. Secara singkat improve adalah merencanakan perbaikan/ reprocess untuk menghasilkan produk/ service yang bebas cacat. Hal ini bertujuan untuk mencapai Six Sigma Quality dimana visinya 3,4 DPMO.

Yang terakhir adalah tahapan CONTROL dimana perusahaan melakukan monitoring/ pencegahan agar masalah yang sama tidak terulang kembali. Meski hanya monitoring, tahapan ini sama pentingnya dengan 4 tahap sebelumnya yang sudah dilakukan, tanpa monitoring maka semua yang dilakukan akan sia-sia karena akan berantakan kembali.

Selain itu pula Six Sigma juga membutuhkan beberapa peranan yang nantinya akan menjadi roda penggerak dari program Six Sigma, peranan-peranan tersebut adalah:

    ·Executive Leadership, melibatkan CEO dan anggota lain dari managemen tignkat atas. Mereka bertanggung jawab untuk mengatur visi dari implementasi Six Sigma.

    ·Champions, bertanggung jawab atas implementasi Six Sigma di seluruh organisasi dengan cara yang terintegrasi.

    ·Master Black Belts, diidentifikasi oleh champions, berperan sebagai pelatih in-house di Six Sigma. Mereka menyediakan 100% waktunya untuk Six Sigma. Mereka membantu champions dan membimbing Black belts serta Green belts.

    ·Black Belts bekerja di bawah Master Black Belts untuk mengaplikasikan metodologi Six Sigma pada proyek spesifik

    ·Green Belts, karyawan yang melakukan implementasi Six Sigma di seluruh tugas yang berada dalam tanggung jawab mereka.

Dari beberapa hal yang telah dipaparkan sebelumnya hal tersebut merupakan tahapan serta kebutuhan yang diperlukan dalam menerapkan metode Six Sigma. Dengan penerapan Six Sigma secara komitmen penuh maka perusahaan dapat bersaing dengan memiliki kekuatan penuh dalam dunia usaha yang semakin ketat ini. Six Sigma adalah sebuah cita-cita yang harus dicapai oleh setiap perusahaan. Perbaikan demi perbaikan harus terus dilakukan dengan kerja sama dari seluruh anggota perusahaan. perusahaan.

Source: http://www.villanovau.com/resources/six-sigma/what-is-six-sigma/

   For Further Information, Please Contact Us!