CARA MEMBENTUK ENGAGEMENT DAN MEMBANGKITKAN POTENSI MILENIAL
24 January 2020
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Indah Yani, S. Psi
Istilah engagement menjadi sedemikian populer belakangan ini. Mulai banyak perusahaan yang menyadari bahwa tanpa engagement yang kuat, maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pasalnya memang dibutuhkan peran para pelaku agar roda organisasi terus berlanjut, tidak lain dan tidak bukan, bahwa tiap karyawan memiliki peran yang penting dalam suatu keberlangsungan organisasi.
Tidak dapat dipungkiri, angkatan kerja saat ini banyak didominasi generasi milenial yang sarat dengan istilah “kutu loncat”. Ada yang beranggapan bahwa mereka terbiasa dengan hal-hal yang sifatnya praktis dan serba kemudahan sehingga kurang memiliki kegigihan seperti generasi sebelumnya. Oleh karena itu seringkali mereka menginginkan posisi yang nyaman, dan fasilitas yang serba kecukupan. Hal ini akhirnya disadari, setelah banyak perusahaan mengeluhkan sulitnya mendapat calon karyawan yang tepat.
Apakah benar demikian kondisinya? Tentu tergantung dari sudut pandang dalam melihat persoalan.
Terkait dengan angkatan kerja saat ini banyak didominasi oleh generasi milenial memang benar, namun tidak semua hal-hal negative melekat pada generasi ini. Kita harus akui pola dan cara berpikir mereka berbeda dengan generasi sebelumnya. Misalkan saja generasi milenial memang cepat bosan, berpikir short term. Ketika mereka memutuskan untuk menerima tawaran kerja, mereka sudah memikirkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai posisi tertentu yang ingin dicapainya. Bisa jadi ‘ketidaksabaran’ yang ditampilkan secara terbuka ini membuat angkatan lain memiliki persepsi yang berbeda. Padahal pada dasarnya generasi milenial ini ingin menciptakan legacy atau pencapaian, baik untuk perusahaan maupun dirinya sendiri. Ini sekaligus sebagai upaya mereka untuk memastikan sebelum mereka pergi, mereka ingin menciptakan sesuatu yang positif sehingga ketika mereka keluar, hal-hal baiklah yang diingat dari mereka. Oleh karena itu untuk mempertahankan dan membangkitkan potensi generasi milenial, sepantasnya manajemen tahu apa yang mereka inginkan, bahwa “Mereka adalah generasi yang selalu mencari tantangan dan belajar hal-hal baru,”
Berikut terdapat empat cara untuk membangkitkan potensi mereka:
- Bangkitkan mereka dengan cara encouraging ideas atau mendorong mereka menyampaikan ide-ide kreatif dan inovatif-nya. Generasi milenial pada dasarnya cepat dalam beradaptasi dan menemukan cara-cara baru untuk menyelesaikan tugas mereka. Dimana mereka juga sangat menaruh perhatian pada kepentingan mereka, jadi jika management sanggup bersinergi dengan kepentingan mereka, maka percayalah mereka akan stay and stand strong.
- Berikan sentuhan modifying ideas atau Modifikasi Ide-ide mereka. Meskipun generasi millenial ini sangat kreatif dan inovatif, jelas tidak semua ide-ide mereka applicable atau bisa diaplikasikan secara tepat. Ada kalanya ide mereka belum realistis dan belum tentu cocok dengan kondisi saat ini. Oleh karena itu perlu penyesuaian/ modifikasi. Jangan memaksakan diri membuang ide-ide mereka, yang tentu akan sangat kontraproduktif dan menghancurkan motivasi mereka.
- Providing feedback atau menghadirkan umpan balik bagi mereka, cambukan ini begitu berdaya guna memastikan para generasi muda ini terus membara dengan motivasinya yang tinggi, sehingga mereka akan mulai mengaum kembali. Providing feedback akan memampukan mereka belajar memahami siapa dirinya, termasuk kekuatan dan kelemahannya. Cara ini sangat bermanfaat untuk menggantikan teguran, cacian atau bahkan amarah.
- Give alternative and limited direction. Artinya, beri mereka alternatif dan arahan atau perintah yang terbatas. Berikan kesempatan mereka untuk berpikir dan mengeksplorasi berbagai hal dilingkungan untuk mencapai tujuannya. Dengan arahan yang terbatas, akan mampu memicu daya kreatifitas serta inovasi mereka, termasuk mencegah mereka menjadi manja.
- Melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Dalam artian tetap mempertimbangkan dan melibatkan mereka dalam beberapa keputusan yang akan diambil. Dengan demikian mereka akan merasa lebih dihargai dan bermanfaat bagi perusahaan, yang tentu saja akan meningkatkan keterlibatannya dan menumbuhkan keinginan untuk terus meningkatkan keanggotaannya dalam organisasi.