SERVANT LEADERSHIP
14 September 2019
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Indah Yani, S. Psi
"The first responsibility of a leader is to define reality. The last is to say thank you. In between, the leader is a servant.” – Max DePree
“Tanggung jawab pertama dari seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas. Yang terakhir adalah untuk mengucapkan terima kasih. Di tengah-tengahnya, seorang pemimpin adalah seorang pelayan.” – Max DePree
Sudah tepatkah gaya kepemimpinan Anda?
Atau justru Anda belum menyadari gaya kepemimpinan yang telah diterapkan?
Mengacu pada kalimat diatas, servant leaders dijelaskan sebagai para pemimpin yang menempatkan kebutuhan, aspirasi, dan minat anggota kelompok di atas kepentingannya sendiri (Greenleaft dalam Sedjaya dan Sarros, 2002). Melayani menjadi landasan yang utama, selain memimpin proses kerja. Servant leaders bukanlah orang-orang dengan jabatan ternama, gaji tertinggi, masa kerja terlama, akan tetapi mereka adalah panutan, pengambil resiko, dan pendukung pengembangan diri positif dari anggotanya.
Di era yang berkembang dewasa ini, perlu gaya kepemimpinan yang berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan anggota, memperbaiki mutu dan juga kepedulian terhadap organisasi melalui proses kerjasama tim yang melibatkan peran aktif dari tiap anggota yang ada didalamnya. Hal ini berbeda dengan gaya kepemimpinan konvensional yang sifatnya hirarki dan otokrasi.
Model kepemimpinan servant leadership diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan pribadi masing-masing anggota yang ada didalamnya serta dapat memperbaiki kualitas dan pelayanan melalui rasa kebersamaan yang kuat.
Spears (2004) menyebutkan bahwa apabila seorang pemimpin ingin menerapkan konsep Servant Leadership, maka ada beberapa aspek yang perlu dilakukan diantaranya:
1.Listening. Pemimpin harus secara berkala bertemu dan mendengarkan aspirasi anggota kelompoknya untuk kemudian menyerapnya, dan menjadikan aspirasi tersebut sebagai bahan refleksi diri guna menyusun langkah kerja yang lebih baik.
2.Empathy. Pemimpin harus mampu memahami kondisi yang sedang dirasakan oleh orang lain.
3.Healing. Pemimpin harus mampu menyelesaikan permasalahan emosional yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain.
4.Awareness. Pemimpin harus peka menangkap hal-hal penting yang muncul di sekitar lingkungannya sehingga membantunya segera melakukan aksi untuk menindaklanjuti.
5.Persuasion. Pemimpin harus mudah meyakinkan anggotanya terkait keputusan yang diambil.
6.Conceptualization. Pemimpin harus mampu menggabungkan antara konsep dan aplikasi praktis dengan baik.
7.Foresight. Pemimpin harus mampu mengambil hikmah yang terjadi di masa lalu, dan yang sedang terjadi saat ini untuk dijadikan masukan dalam menghadapi masa depan.
8.Stewardship. Pemimpin harus menumbuhkan rasa saling percaya dalam tim yang dilandasi etos Commitment to the growth people. Pemimpin harus mampu melihat potensi positif setiap anggotanya untuk dikembangkan lebih lanjut, sehingga semua orang dapat berkontribusi maksimal dalam mencapai tujuan tim.
9.Building Community. Pemimpin harus mampu membangun kebersamaan antar anggota tim yang dibentuk melalui berbagai komunitas internal, dan juga menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak di luar organisasi dengan membangun atau mendukung komunitas yang sejalan dengan kepentingan mereka.
Servant leadership memiliki kepercayaan yang kuat pada setiap anggota, ia selalu memprioritaskan kelancaran komunikasi dan informasi di antara mereka. Para pemimpin ini menjadi pendengar yang baik, tanpa harus menyingkirkan segala birokrasi yang ada, mampu mengomunikasikan visi bersama dan mendorong tiap anggotanya, sekaligus memastikan semua mengarah kepada satu tujuan yang sama.
"Everybody can be great because anybody can serve. You don't have to have a college degree to serve. You don't have to make your subject and verb agree to serve. You only need a heart full of grace. A soul generated by love.” – Martin Luther King Jr. Terjemahan bebasnya: “Setiap orang dapat menjadi besar karena siapa saja dapat melayani. Anda tidak perlu memiliki gelar akademis agar dapat melayani. Anda tidak perlu membuat subjek dan kata-kerja anda setuju untuk melayani. Yang anda butuhkan adalah sebuah hati yang penuh rahmat. Sebuah jiwa yang dibangkitkan oleh kasih.” – Martin Luther King Jr.
***