PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENINGKATKAN WORK ENGAGEMENT
30 August 2019
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Elfara Rafida Zahra, S.M.,M.M
Perubahan dari masa ke masa selalu menuntut manusia untuk berubah guna menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada di sekitarnya. hal ini juga terjadi pada ranah bisnis. Pada era globalisasi digital seperti yang terjadi pada tahun 2019 ini, tentu semakin banyak pula tantangan dan tuntutan perubahan yang perlu diperhatikan oleh pelaku bisnis. Kegagalan pelaku bisnis menghadapi tantangan, tentu dapat berakibat fatal pada bisnis yang sedang dijalankan. Salah satu dampaknya adalah kebangkrutan perusahaan, kebangkrutan tersebut bdidasari oleh tuntutan berubah dari eksternal perusahaan, bahkan bisa dialami oleh perusahaan besar sekalipun.
Selain faktor eksternal, kondisi perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti kondisi dan kinerja karyawan. Produktivitas, motivasi, dan gairah karyawan untuk bekerja sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu perusahaan. Hal-hal tersebut banyak dipengaruhi oleh aspek aspek psikologis pada diri karyawan, maupun dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya. Terkadang, ketidakmampuan karyawan untuk mengubah lingkungan kerja, mendorong karyawan untuk menyesuaikan diri dan mendorong diri untuk lebih terlibat dalam pekerjaan dari internal dirinya.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2017 data menyebutkan bahwa populasi generasi millenial yang bekerja menempati peringkat tertinggi. Generasi millenial yang terbilang baru memasuki dunia kerja juga mengalami permasalahan dalam bekerja, baik yang dipengaruhi oleh aspek individu, organisasi, aspek ketenagakerjaan, maupun perpaduan antara ketiga aspek ini. Individu (dari dalam diri), ketenagakerjaan (dari perkerjaan atau job description), organisasi (dari struktur, tempat kerja dsb).
Salah satu permasalahan yang kerap terjadi adalahrendahnya engagement karyawan. Karyawan merupakan motor penggerak yang berperan penting bagi sebuah perusahaan. Engagement yang rendah tentu akan memicu kinerja dan perkembangan potensi yang kurang optimal.
Apabila karyawan memiliki engagement yang baik maka berikut adalah manfaatnya(jelaskan). Sedangkan engagement yang rendah dapat meningkatkan intensi karyawan untuk mengalami turnover atau keluar dari tempat kerjanya. Setelah mengetahui hal tersebut, tentu perlu dilakukan hal untuk meningkatkan engagement pada karyawan. Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah meningkatkan psychological capital pada karyawan.
Psycap adalah kondisi positif psikologis yang berperan dalam membantu individu menjalankan tugas-tugas yang dijalani (Luthans, Youssef, Sweetman,& Harms, 2013). Sedangkan Psycological capital menurut Osigweh (1989) adalah pendekatan pada dimensi-dimensi yang bisa mengoptimalkan potensi individu sehingga dapat membantu penyelesaian tugas yang dimiliki. terdiri dari 4 indikator yang sering disingkat sebagi hero atau Hope, Efficacy, Resilience dan Optimism. Hope adalah indikator yang berkaitan dengan bagaimana individu memiliki harapan tertentu pada pekerjaan dan tempat ia bekerja. Indikator ini berkaitan juga dengan ekspektasi yang dimiliki oleh individu, kekuatan dari niat atau will power yang dimunculkan dalam bekerja, serta determinasi diri yang dimunculkan secara internal. Efikasi adalah indikator yang berkaitan dengan rasa mampu individu dalam melakukan pekerjaannya, rasa percaya diri, dan hal tersebut dapat dia tunjukan selama bekerja.
Resiliensi pada umumnya digambarkan seperti daya lenting dari individu. bagaimana individu dapat kembali dari kondisi tertekan, bahkan melampaui kondisi tersebut. Indikator optimisme merupakan indikator yang ditunjukkan dengan adanya rasa optimis, dan harapan yang positif terhadap kondisi yang ada. Dengan meningkatkan masing-masing indikator psycap dapat menurunkan risiko individu mengalami stres kerja yang berlebihan. Selain itu meningkatnya psycap dapat berdapak pada iklim organisasi yang lebih positif, serta meningkatkan kualitas kerja karyawan. Hal ini kemudian dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
Guna mengatasi hal tersebut dukungan dari organisasi dalam membentuk sistem dan lingkungan yang suportif tentu saja diperlukan, guna memaksimalkan potensi dari karyawan. Tantangan yang terjadi pada masa ini khususnya pada generasi milenial adalah karakteristik generasi milenial yang pada umumnya mudah bosan karena terbiasa dengan proses yang serba cepat, serta generasi milenial yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap pekerjaannya.