Berbagai Macam Penyusutan Aset Tetap
26 April 2019
Category: MANAGEMENT SYSTEM
Penulis:
Vincent Yofieanto, S.Ak.
setiap perusahaan pasti memiliki aset, baik itu aset lancar maupun aset tetap. Aset lancar perusahaan akan lebih mudah perputarannya karena sifatnya yang likuid atau sangat mudah untuk diuangkan. Berbeda dengan aset tetap, sifat aset tetap ini tidak semudah aset lancar untuk diuangkan, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Umumnya, aset tetap memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun sehingga diperlukan adanya penyusutan yang harus diupdate sesuai dengan periode untuk mengetahui nilai terkini dari aset tetap tersebut.
Aset tetap sendiri terbagi menjadi 2, yaitu aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud. Aset tetap berwujud merupakan aset yang benar-benar nampak wujud fisiknya, seperti tanah, bangunan, kendaraan, peralatan pendukung kegiatan usaha dan lain-lain. Sedangkan aset tetap tidak berwujud nseperti hak cipta, hak kekayaan intelektual, software dan lain-lain. Semua aset tersebut pasti akan disusutkan sesuai dengan metodenya masing-masing. Untuk aset tetap berwujud akan disusutkan dengan depresiasi, sedangkan aset tetap tidak berwujud akan disusutkan dengan metode amortisasi. Tetapi ada satu aset tetap berwujud tidak dapat disusutkan, yaitu tanah.
Metode depresiasi akan menghitung penyusutan dilakukan dengan cara menyusutkan nilai aset berasarkan umur manfaatnya. Metode depresiasi yang dipilih akan berpengaruh pada laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan, karena depresiasi akan mengurangi nilai aset tetap. Dapat dikatakan pemilihan depresiasi juga dapat menjadi salah satu metode untuk melakukan tax planning. Metode depresiasi yang dimaksud tersebut pada umumnya dibagi menjadi dua metode, yaitu metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun berganda (double declining method).
Metode garis lurus yang digunakan untuk membebankan penyusutan secara sama rata dan sama besar. Sehingga beban penyusutan akan sama dari awal sampai dengan akhir masa manfaat aset. Sedangkan metode saldo menurun berganda akan membebankan penyusutan besar pada awal masa manfaat dan mengecil pada akhir masa manfaat aset tetap. Beban penyusutan yang besar pada awal masa manfaat tersebut menyebabkan kecilnya laba yang dibukukan.
Amortisasi adalah metode penyusutan untuk aset tetap yang tidak berwujud. Aset tetap tidak berwujud juga dapat berkurang nilai manfaatnya secara bertahap dalam jangka waktu tertentu tiap periode akuntansi. Amoritasi juga dapat menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun berganda.
Berikut adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun berganda:
Pada metode depresiasi, tanah dikatakan tidak dapat disusutkan karena nilai yang akan selalu bertambah. Tetapi apakah benar tanah tidak dapat disusutkan? Pada perusahaan non-tambang, memang tidak dapat disusutkan. Tetapi untuk perusahaan pertambangan tanah wajib disusutkan oleh perusahaan. Pada perusahaan pertambangan tanah dapat disusutkan karena perusahaan pertambangan mengambil manfaat dari tanah. Tanah sendiri disusutkan dengan metode Deplesi. Deplesi sendiri merupakan penyusutan yang digunakan untuk benda yang tidak dapat diperbaharui dan bersifat alami. Untuk melakukan penyusutan dengan metode deplesi ini diperlukan akuntansi pertambangan.
Perbedaan mendasar antara Depresiasi atau Amortisasi dengan Deplesi adalah sebagai berikut:
No.
|
Depresiasi / Amoritsasi
|
Deplesi
|
1.
|
Pengakuan terhadap pengurangan manfaat ekonomi yang terjadi pada aset tetap
|
Pengakuan pengurangan kuantitatif pada sumber daya alam
|
2.
|
Digunakan untuk aset tetap yang bisa diganti bila sudah habis
|
Digunakan untuk aktiva tetap yang tidak bisa langsung diganti dengan yang sama jika sudah habis
|
3.
|
Alokasi harga peroleh ke pendapatan, pada periode bersangkutan untuk suatu perusahan yang dihitung berdasarkan hasil produksi
|
Pengakuan terhadap perubahan langsung dari sumber daya alam menjadi barang yang bisa dijual
|
Seperti halnya dengan Depresiasi / Amortisasi deplesi juga harus memperhatikan beberapa hal untuk melakukan perhitungan, yaitu harga perolehan aset, perkiraan nilai sisa (Residual Value) apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi, dan perkiraan hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi. Deplesi sendiri dihitung dari tiap unit hasil sumber alam dengan satuan barrel atau tonase. Penyusutan Deplesi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Jadi dapat disimpulkan metode penyusutan tetap tergantung pada jenis perusahaan apa yang dijalankan. Tidak dapat mengacu pada hanya satu jenis saja. seperti yang dijelaskan di atas mengenai tanah. Walaupun tanah termasuk dalam aset tetap yang tidak dapat disusutkan secara depresiasi tetapi tanah dapat disusutkan dengan metode deplesi.