Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Pengaruh Skeptisisme Auditor Terhadap Kredibilitas Perusahaan

18 February 2019
Category: AUDIT
Penulis:         Suci Harum Budiati, S.E.
Pengaruh Skeptisisme Auditor Terhadap Kredibilitas Perusahaan

Sebagai seorang auditor, salah satu sifat yang harus dimiliki adalah bersikap skeptis ketika melakukan tugasnya. Skeptis adalah sifat tidak mudah percaya akan apa yang diterima, didengar dan diperoleh dari perusahaan berhubungan dengan data audit. Standar professional akuntan publik mendefinisikan skeptisme professional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Auditor tidak bertanggungjawab akan laporan keuangan perusahaan, akan tetapi auditor bertanggung jawab atas opini yang diberikan. Seorang auditor memerlukan skeptisme profesional untuk mendeteksi kesalahan maupun kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Kesalahan dalam laporan keuangan sering kali ditemukan dengan mudah, berbeda dengan kecurangan yang sengaja dilakukan oleh manajemen.

Kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan cukup berpengaruh untuk kelangsungan bisnis perusahaan. Seringkali dalam melaksanakan audit, auditor lalai dalam memenuhi tanggungjawabnya dalam mendeteksi kecurangan, hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor
dalam diri auditor maupun faktor dari klien. Auditor yang lalai dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam mendeteksi kecurangan akan di anggap gagal dalam melakukan audit. Beberapa contoh kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan seperti Enron, Xerox, Walt Disney, World Com, Merck, dan Tyco yang terjadi di Amerika Serikat; dan yang terbaru di Indonesia adalah kasus SNP Finance yang melibatkan KAP the big four Deloitte. Penelitian Beasley et al. (2001) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and Auditing Releases) dari SEC selama 11 periode (Januari 1987 -Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat skeptisme profesional audit. Berdasarkan penelitian beasley ini, terdapat 45 kasus kecurangan dalam laporan keuangan, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak menerapkan tingkat skeptisme professional yang memadai dan ini merupakan hal yang paling sering terjadi.

Tingkat skeptisisme yang tidak tercapai dengan benar menyebabkan kredibilitas perusahaan menurun. Hal ini dikarenakan kredibilitas perusahaan adalah kualitas dan kapabilitas untuk menimbulankan kepercayaan para pemegang keputusan

Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme professional berarti auditor membuat penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran yang selalu mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dari bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontradiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan reliabilitas dari dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang terkait.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) , Standar Audit (SA) 200 Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap hal-hal berikut ini:

1.Bukti audit yang tidak sesuai dengan bukti audit lain yang diperoleh

2.Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan

3.Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur yang disyaratkan oleh SA (Standar Audit)

4.Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen dan tanggapan terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai bukti audit.

Skeptisisme professional diperlukan dalam penilaian penting atas bukti audit. Hal ini mencakup sikap mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif, keandalan dokumen dan respons terhadap pertanyaan, dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak bertanggung jawab atas tata kelola. Hal ini juga mencakup pertimbangan mengenai kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh sesuai dengan kondisi perikatan, sebagai contoh, dalam hal ketika terdapat faktor risiko kecurangan dan suatu dokumen tunggal, yang rentan terhadap kecurangan, merupakan satu-satunya bukti pendukung bagi suatu angka material di laporan keuangan.

Mempertahankan sikap skeptisisme profesional selama audit diperlukan jika auditor berusaha untuk mengurangi risiko seperti misalnya:

1.Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim

2.Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari observasi audit

3.Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, saat, dan luas prosedur audit serta penilaian atas hasilnya

Seorang auditor prefesional harus mampu menggunakan kecakapan profesionalnya untuk “balance” terhadap kedua hal tersebut sikap percaya dan sikap curiga. Auditor harus secara cermat dan seksama dalam menentukan rencana pemeriksaan yang akan dilaksanakan dan standar apa yang akan diterapkan dalam pemeriksaan audit. Kemahiran profesional seorang auditor harus diterapkan juga dalam melakukan pengujian dan prosedur, serta dalam melakukan penilaian dan pelaporan hasil pemeriksaan.

   For Further Information, Please Contact Us!