Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

BISAKAH PROGRAM AKUNTANSI TIDAK MEMBUTUHKAN PERAN SEORANG AKUNTAN?

03 December 2018
Category: MANAGEMENT SYSTEM
Penulis:         Arika Kamelia, S.A.
BISAKAH PROGRAM AKUNTANSI TIDAK MEMBUTUHKAN PERAN SEORANG AKUNTAN?

Akhir-akhir ini muncul isu dan penelitian yang mengatakan bahwa beberapa profesi saat ini nantinya akan digantikan oleh komputer dan robot. Salah satu isu yang berkembang adalah terancamnya profesi akuntan karena kemajuan teknologi. Para peneliti tersebut mengatakan bahwa pencatatan transaksi keuangan hingga pembuatan laporan keuangan dapat dibuat oleh sistem komputer. Hal ini memicu perdebatan besar di kalangan prefesional, mereka berargumen bahwa output akuntansi tidak serta merta dapat dihasilkan sistem komputer tanpa bantuan manusia.

Siklus akuntansi entitas bisnis dimulai dari Identifikasi Transaksi dan Kejadian, kemudian Pencatatan Jurnal Umum, Pemindahan Saldo ke Buku Besar (Posting), Penyusunan Neraca Saldo Belum Disesuaikan, Penyusunan Worksheet, Pencatatan Jurnal Penyesuaian (Adjusting Entries), Penyusunan Neraca Saldo Telah Disesuaikan (Adjusted Trial Balance), Penyusunan Laporan Keuangan, Pencatatan Jurnal Penutup (Closing Entries), dan terakhir adalah Pencatatan Jurnal Pembalik (Reversing Entries).

Dari semua siklus akuntansi tersebut saat ini komputer sudah bisa mengakomodir tahap pertama hingga Penyusunan Laporan Keuangan secara otomatis. Namun untuk pencatatan jurnal penutup dan jurnal pembalik masih memerlukan tenaga profesional di bidang akuntansi. Selain itu, laporan keuangan yang berupa Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) masih memerlukan tenaga profesional dalam pembuatannya. Hal ini dikarenakan komponen CALK mengandung unsur analisa, penjelasan, dan estimasi yang membutuhkan kemampuan analitis dari profesi akuntansi.

Selain itu, tenaga profesional di bidang akuntansi diperlukan untuk melakukan pengecekan dan perbaikan pencatatan komputer. Mengapa hal ini masih diperlukan? Hal ini dikarenakan dalam pencatatan tekomputerisasi masih terdapat beberapa hal yang tidak bisa diakomodir oleh komputer karena komputer tersebut bersifat lack of commonsense, zero IQ, dan lack of decision making. Ketika sistem akuntansi sudah dikunci secara komputerisasi, maka beberapa input yang tidak sesuai atau ketika kondisi dimana input yang tidak tetap dimasukkan ke dalam sistem komputer yang sudah dikunci dengan algoritmanya akan menimbulkan selisih dan ketidaksesuaian dengan output-nya.

Disamping itu, beberapa komponen dalam laporan keuangan masih menggunakan estimasi seorang akuntan. Laporan keuangan entititas bisnis masih mengandung professional judgment seorang akuntan. Seperti penentuan umur piutang, penentuan metode penyusutan, dan penentuan umur manfaat ekonomis suatu aset tetap, penentuan metode penilaian aset tetap setelah nilai perolehannya, dan sebagainya. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh komputer karena mereka zero IQ. Selain zero IQ, lack of decision yang dimiliki oleh komputer dapat terlihat ketika entitas bisnis ingin mengambil keputusan masa depan terkait perusahaannya ketika melihat data laporan keuangannya, hal ini tentu tidak bisa diakomodir oleh laporan keuangan yang dihasilkan oleh komputer.

Oleh karena itu, output akuntansi yang dihasilkan oleh komputer tidak bisa langsung digunakan oleh pihak eksternal perusahaan. Laporan keuangan tersebut masih memerlukan sentuhan profesional dari seorang akuntan. Peran seorang akuntan diperlukan untuk menganalisa laporan keuangan, keberlangsungan usaha, dan rasio keuangan. Disamping itu, peran akuntan diperlukan untuk membuat rekonsiliasi ketika ada selisih pencatatan dalam program akuntansi, serta melakukan stock opname untuk memastikan kebenaran pencatatan dan fisik di lapangan.

   For Further Information, Please Contact Us!