THE ROLE OF HUMAN RESOURCE IN SIX SIGMA
29 June 2018
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:
Aini Nadiva, M. Psi
Pernahkah anda mendengar tentang Six Sigma? Mungkin bagi anda yang bekerja di bidang-bidang tertentu seperti Manufactur, General Electric, dan Service Industries lainnya, Six Sigma bukanlah hal yang asing lagi. Six Sigma sendiri didefinisikan sebagai a structured method for improving business process (suatu metode yang terstruktur atau sistematis dalam memperbaiki dan meningkatkan proses bisnis). Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1987 sebagai strategi oleh Bob Galving, CEO Motorola dalam memperbaiki dan meningkatkan proses bisnis, serta mengendalikan kualitas hasil produksi di perusahaannya. Seperti namanya, Six Sigma ini berasal dari angka 6 (enam) dan sigma yang merupakan satuan standar deviasi. Artinya, semakin tinggi sigma-nya, maka semakin baik kualitasnya, sebaliknya semakin rendah sigma-nya, maka akan ada kecenderungan untuk munculnya defect atau kegagalan produk. Dan, terdapat 6 (enam) aspek masuk kedalam metode Six Sigma, yaitu Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control (seperti halnya gambar yang ada dibawah).
Pertanyaannya sekarang adalah, dimana peran Human Resource dalam Six Sigma ini? Agar penerapan Six Sigma dapat berjalan secara maksimal, terdapat beberapa strategi yang harus dijalankan seperti halnya focus terhadap kepuasan pelanggan, menurunkan tingkat defect (cacat), menurunkan variasi produk, dan berpusat pada target. Strategi tersebut akan dengan mudah tercapai apabila melibatkan banyak peran atau fungsi yang ada di perusahaan, salah satunya adalah peran Human Resource (HR). Tidak banyak perusahaan yang menyadari bahwa, peran HR tidak melulu berkaitan dengan administrasi personalia saja, namun bisa jauh lebih dari itu. Banyak hal yang sangat bisa dimanfaatkan perusahaan dari peran para HR professional guna melancarkan strategi-strategi perusahaan, salah satunya adalah dengan mendukung strategi six sigma seperti penjelasan dibawah ini:
- Proses Recruitment and Selection. Proses ini merupakan tanggung jawab dari peran para professional HR untuk mencari calon kandidat yang paling fit bagi perusahaan. Proses pencarian kandidat juga membutuhkan persyaratan dan kompetensi yang dibutuhkan, apalagi penerapan Six Sigma ini membutuhkan kandidat dengan kualifikasi tertentu. Tidak berhenti pada persyaratan dan kompetensi saja, ketersediaan job description juga menjadi dokumen penting dalam memahami suatu tanggung jawab. Peran HR-lah yang dapat memahami ketentuan-ketentuan tersebut guna mendapatkan right man in the right job.
- Reward System. Six Sigma sangat melekat dengan yang disebut improvement atau perbaikan. Maka seluruh pihak perlu menciptakan suatu perubahan yang tersistematis sebagai bentuk perbaikan. Dan selanjutnya, apabila ada karyawan yang dapat memberikan perbaikan, peran HR perlu memfasilitasinya, yaitu dengan menganalisa sistem kompensasi yang berlaku untuk kemudian diberikan pada karyawan yang telah menunjukkan upayanya menciptakan perbaikan. Bentuk kompensasi tersebut tidak melulu perihal monetary, namun non-monetary juga dapat dijadikan sebagai bentuk reward.
- Menciptakan Budaya Six-Sigma. Banyak perusahaan yang telah menggunakan metode ini, memandang bahwa Six Sigma dapat membawa budaya perusahaan menjadi lebih proactive, detail terhadap segala bentuk data dan dokumen pendukung, bersikap tegas-bertanggung jawab, dan bersikap customer-oriented (berfokus pada kebutuhan customer, baik internal maupun eksternal). HR Profesional-lah yang dapat membantu Top Manajemen untuk menciptakan budaya tersebut, salah satunya dengan cara sosialisasi secara continueterkait tujuan dan sasaran perusahaan, menciptakan nilai-nilai perusahaan yang terus di-internalisasi pada karyawan-karyawan, dan kegiatan–kegiatan lainnya
- Sebagai Change Agent. Dalam penerapan Six Sigma, kita harus terus menciptakan perbaikan bagi perusahaan. Perbaikan tersbut juga akan berpengaruh kepada sistem kerja fungsi lainnya diluar proses produksi. Peran HR disini sebagai agen yang dapat menjembatani dan mengkomunikasikan ketika muncul perubahan yang harus diterapkan oleh beberapa bagian lainnya di perusahaan. Tanpa adanya peran HR, sebagai agen perubahan ini, bagian atau fungsi lainnya menjadi kurang dapat terfasilitasi dan kurang saling berkesinambungan
Peran HR pada dasarnya tidak hanya terhenti pada keempat poin yang telah dipaparkan di atas, ada banyak hal yang bisa didukung oleh para professional HR untuk mendukung metode Six Sigma. Disamping itu, poin terpenting dalam hal ini adalah pada ketepatan kemampuan dan pengetahuan dari para professional HR sebagai penjembatan bagi seluruh fungsi yang ada di perusahaan. Dengan penguasaan peran HR terhadap metode Six Sigma,akan mempermudah perusahaan dalam penerapan pengembangan proses bisnis dari berbagai lini fungsi. Tidak hanya dari sisi professional HR saja, pihak perusahaan pun juga perlu memahami bahwa penerapan Six Sigma tidak terlepas dari peran-peran yang ada di perusahaan, salah satunya adalah peran HR.