Piutang Perusahaan, Bagaimana Pengelolaan Dalam Perusahaan?
21 May 2018
Category: ACCOUNTING
Penulis:
Arief Dharmawan, S.E.
Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan) uang dari entitas lain. Piutang juga disebut tagihan atau receivable. Dari sini dapat dilihat bahwa piutang tersebut merupakan aset perusahaan yang belum menjadi uang tunai perusahaan.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan piutang yang telah jatuh tempo tidak selalu dapat diselesaikan seluruhnya. Jika keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal perusahaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar resiko yang mungkin timbul dapat dihindari sekecil mungkin. Perputaran piutang perusahaan yang menunjukkan waktu lama dan tidak tertagih juga menimbulkan kondisi di mana perusahaan akan mencari sumber dana lain berupa hutang. Padahal, sumber dana yang dihasilkan melalui utang juga disertai dengan beban bunga yang ditetapkan. Jika kondisi ini terus-menerus dan tidak terkontrol, maka saldo hutang perusahaan akan terus membengkak dan beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan semakin besar. Dalam hal ini, pimpinan seharusnya juga turut aktif mengelola penagihan piutang agar tidak sampai menghambat operasi atau kegiatan perusahaan.
Oleh karena itu, mengetahui seberapa efektif pengelolaan piutang dagang dalam suatu perusahaan menjawab pertanyaan: seberapa efektif tata kelola keuangan perusahaan dalam mendukung kelancaran operasional perusahaan secara keseluruhan?
Dalam mengelola piutang dagang, ada dua hal yang paling dihindari:
1.Piutang Tak Tertagih (bad debt) – Yang satu ini memang mimpi buruk paling menakutkan. Perusahaan sesehat apapun akan kolaps bila memiliki bad debt yang tinggi.
2.Piutang Lewat Jatuh Tempo (Overdue Receivable) – Pembayaran yang melewati jatuh tempopun bisa menjadi parasit dapat menggerogoti kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka panjang.
Pendekatan yang paling umum dilakukan untuk mencegah (atau mengatasi) piutang tak tertagih dan piutang lewat jatuh tempo, yaitu:
1.Melakukan tindakan penagihan yang agresif - Menghubungi customer (via email atau telepon) secara terus menerus. Bila sampai pada fase ‘tak tertagih’, biasanya perusahaan mendatangi kediaman pribadi pelanggan untuk melakukan penagihan paksa.
2.Menerapkan kebijakan kredit yang lebih ketat - Bila di masa lalu menyediakan kredit 30 hari bagi semua pelanggan, untuk mencegah kemungkinan bad debt mungkin perusahaan mempersempit termin pembayaran menjadi hanya 2 minggu.
3.Apabila piutang jangka panjang jumlahnya cukup besar maka lebih baik tidak memberikan piutang di kelompok jangka panjang, usahakan mengarahkan ke piutang jangka pendek atau transaksi tunai sehingga memperkecil resiko.
Lalu, apakah yang harus dilakukan dalam pemantauan piutang agar dapat dikelola secara efektif?
Hal itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1.Aging of accounts receivable adalah sebuah teknik pemantauan kredit yang menggunakan tabel umur piutang sebagai sarana untuk menunjukkan persentase terhadap total sisa piutang usaha yang masih belum dibayarkan untuk periode waktu tertentu. Misalnya perusahaan menetapkan batas term of payment adalah 30 hari untuk semua customer, tetapi realisasinya adalah 50 hari, berarti kredit perusahaan tersebut terlalu tua dan ini merupakan masalah bagi perusahaan.
2.Menggunakan “Rasio Perputaran Piutang Dagang” atau “Accounts Receivable Turnover” artinya, dengan menggunakan perhitungan AR Turnover maka dapat dipantau berapa kali, dalam periode tertentu, piutang perusahaan mengalami perputaran. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang dapat mengukur berapa kali piutang telah jatuh tempo berhasil ditagih, lalu digantikan oleh piutang yang baru.
Dengan adanya pengelolan piutang tersebut maka diharapkan perputaran piutang perusahan akan berjalan dengan lancar dan tidak mengganggu cash flow perusahaan. Piutang perusahaan yang dapat tertagih sesuai dengan schedule menunjukkan perputaran keuangan perusahaan menjadi lancar. Uang tunai yang diperoleh oleh perusahaan dari pelunasan piutang dapat digunakan perusahaan untuk pembayaran hutang usaha atas pembelian bahan baku perusahaan. Hal itu juga berdampak untuk mengurangi penggunaan dana hutang bank. Pengurangan penggunaan hutang seperti contoh hutang bank dapat mengurangi pengeluaran perusahaan dari segi beban bunga bank.