Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM AUDIT: MENGUNTUNGKAN ATAU MERUGIKAN?

06 April 2018
Category: AUDIT
Penulis:         Acynthia Ayu W., S.E.
ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM AUDIT: MENGUNTUNGKAN ATAU MERUGIKAN?

Perkembangan dunia teknologi dan informasi yang semakin pesat menuntut segala bidang profesi untuk terus mengembangkan cara bekerja agar tidak ketinggalan zaman dan selalu mencapai tujuan (goal) dengan efisien. Begitu pula dengan bidang audit yang tidak asing dengan penggunaan teknologi dalam pekerjaannya. Audit adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang memanfaatkan teknologi dalam bekerja dengan efektif dan efisien karena bekerja dipacu oleh waktu yang terbatas. Oleh karena itu, teknologi sangat dibutuhkan oleh auditor untuk membantu mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam bekerja.

Artificial Intelligence (yang selanjutnya disebut AI) atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti Kecerdasan Buatan merupakan salah satu bidang studi yang menggunakan pemikiran cerdas untuk tujuan menciptakan sistem komputasi yang lebih terkendali, mempermudah penggunanya dan menganalisis suatu permasalahan atau dokumen (Singh and Singh, 2010).Menurut Wikipedia, AI ini adalah kecerdasan yang ditambahkan pada sistem yang dapat diatur secara ilmiah dan dimasukkan ke dalam suatu mesin atau computer agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan manusia. Contohnya menyelesaikan suatu persamaan, permainan games dan melakukan penghitungan yang rumit. Peneliti mengungkapkan bahwa AI mampu membuat komputer atau sistem melakukan hal-hal lebih baik dibandingkan dilakukan oleh manusia karena tingkat kesalahan yang minimal dalam perhitungan dan segala sesuatu yang sudah tersistem dengan baik. Bentuk sederhana dari AI ini bisa dikatakan seperti kalkulator yang memiliki tingkat kesalahan rendah dalam mengolah angka dan sekaligus diprogram untuk dapat menganalisa data.

Adanya AI ini awalnya bertujuan untuk mengurangi tingkat human error dalam bekerja dan membantu manusia untuk mempersingkat waktu dalam mengolah angka. Namun ada suatu kalkulator NPR yang dibuat oleh American Media Association dan dengan menggunakan data riset dari University of Oxford yang diklaim dapat membuat Akuntan dan pekerjaan Administrasi dapat kehilangan pekerjaannya karena digantikan oleh mesin yang dapat mengolah angka dan analisa data. Bahkan semakin berkembang dengan pesatnya AI tersebut, Google meyakini bahwa robot akan mampu mengimbangi kecerdasan manusia pada tahun 2029. Jika Akuntan dan pekerjaan administrasi dapat digantikan dengan robot atau mesin, bagaimana dengan profesi sebagai Auditor?

Dalam bidang audit, AI dapat memudahkan auditor dalam melakukan ulasan mengenai dokumen apa saja yang harus ditinjau atau diperiksa kembali oleh auditor. Pekerjaan sebagai auditor tentu sangat erat keterkaitannya dengan dokumen klien yang terakumulasi dalam kurun waktu satu periode dan akan memakan waktu yang tidak sedikit jika harus mengecek dokumen yang kuantitasnya tidak sedikit dan membutuhkan waktu dalam memahami transaksi tersebut. Dengan adanya AI dapat meminimalisir waktu dalam mengenali dan memproses dokumen yang secara otomatis tersambung dalam satu transaksi tanpa auditor harus mencari dokumen apa saja yang terlibat dalam transaks tersebut.

Kecerdasan buatan ini juga dapat membantu auditor dalam proses confirmation seperti menyiapkan, mengotorisasi, mengirimkan, mengumpulkan dan mengevaluasi hasil konfirmasi tersebut. AI dapat digunakan pula oleh auditor dalam membantu menghitung persediaan yang dulunya dilakukan manual dengan mengunjungi klien. AI dapat memproses mutasi persediaan hingga mengetahui hasil akhir dari persediaan perusahaan. Ke depannya diharapkan AI dapat dilakukan secara otomatis menggunakan kamera dan software sehingga tidak diperlukan lagi menghitung secara fisik persediaan tersebut.

Dengan seluruh kecanggihan tersebut, auditor semakin terbantu atau sebaliknya perannya digantikan oleh mesin berteknologi tinggi yang memiliki risiko kesalahan rendah? Mengaudit tentunya tidak hanya sekedar mengolah data dan menganalisisnya. Dalam audit, yang paling dibutuhkan adalah pertimbangan atau judgement dari auditor itu sendiri. Mengapa demikian? Karena hasil akhir dari audit adalah mengemukakan pendapat auditor terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Pendapat atau opini tersebutberisi pertimbangan yang dilakukan oleh auditor selama melaksanakan tugasnya. Pertimbangan ini tentu tidak dapat digantikan oleh mesin atau sistem. Opini murni merupakan hasil pemikiran dari akal dan pikiran manusia dan hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh mesin ataupun sistem.

Selain judgement, peran auditor juga masih diperlukan dalam menentukan kelengkapan data yang dibutuhkan dalam transaksi, pihak yang belum terlibat, menilai kuat tidaknya suatu pengendalian internal dalam suatu perusahaan dan wajar tidaknya sebuah penilaian terhadap aset. AI masih belum dapat mencakup hal tersebut karena AI belum dapat menjangkau suatu kesimpulan. AI masih dalam tahap permukaan, membantu mengolah data, memberikan kemudahan dalam menganalisis, namun untuk pertimbangan, menilai dan menarik kesimpulan, semua masih merupakan kegiatan yang dilakukan oleh akal dan pikiran manusia.

Dalam mengaudit, selain opini, auditor juga harus mengemukakan hasil temuannya selama melaksanakan pekerjaannya. Biasanya temuan tersebut erat kaitannya dengan pengendalian internal, di mana meskipun telah diciptakan sistem yang sangat kuat namun jika tidak dilaksanakan oleh pelaku pengendalian yang berintegritas tinggi, maka tentunya sistem tersebut tidak berjalan dengan semestinya. Cara mengetahui integritas manajemen dan pihak yang bertanggung jawab dalam tata kelola perusahaan adalah dengan berkomunikasi secara individu. Hal ini tentunya memerlukan interaksi sesama manusia dan tidak dapat digantikan oleh mesin. Intuisi seorang auditor diperlukan dalam mengenal karakter kliennya, apakah berintegritas atau sebaliknya.

Beberapa kiat agar Auditor tidak digantikan oleh mesin akibat adanya AI antara lain:

    1.Menonjol di bidangnya dengan memanfaatkan era digital

    Sebagai auditor harus selalu mengikuti permintaan dan perkembangan zaman. Ketika klien menggunakan suatu sistem baru yang belum pernah ditangani sebelumnya, pelajari dengan seksama dan cari tahu kelebihan dan kelemahan dari sistem tersebut, sehingga hal ini dapat menambah pengalaman dalam bidang audit dan mencoba untuk meng-upgrade pengetahuan di bidang teknologi audit.

    2.Manfaatkan user experience kepada klien

    Hal yang tidak dapat digantikan oleh AI adalah pengalaman auditor di bidangnya. Ketika AI hanyalah suatu mesin yang membantu pekerjaan manusia, pengalaman merupakan suatu hal yang menjadi alat bantu dalam mendapatkan klien. Terutama jika auditor pernah mengaudit berbagai jenis sistem akuntansi dan memahami proses bisnis banyak sektor pekerjaan, maka pengalaman tersebutlah yang dimanfaatkan untuk memenangkan tender dan mendapatkan klien.

    3.Perluas jaringan bisnis via social media

    Auditor tidak boleh memasarkan dirinya. Namun banyaknya social media yang menjamur saat ini bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan profesinya. Misalnya dengan adanya halaman situs yang dijadikan kartu nama kita, ketika ada perusahaan yang membutuhkan tenaga ahli dalam bidang audit, mereka akan melihat kita yang profesinya auditor. Dari situ mereka akan mencari tahu tentang kita dan menghubungi kita dengan mudah dan cepat.

AI tidak perlu dipandang sebagai suatu ancaman atau bantuan, tapi pandanglah suatu teknologi terkini sebagai suatu peluang yang selalu dapat kita manfaatkan untuk mendapatkan nilai tambah (value added) yang dapat kita gunakan untuk membangun diri dan profesi menjadi semakin baik di masa yang akan datang. Jangan pula tergantung pada AI dalam membantu pekerjaan kita, namun olah akal dan pikiran kita agar terus dapat belajar dari apa yang sudah dikerjakan selama ini.

   For Further Information, Please Contact Us!