Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

PROFESI AKUNTAN PUBLIK MENUJU TAHUN 2020

05 March 2018
Category: AUDIT
Penulis:         Tri Dewi Lestari, S.E.
PROFESI AKUNTAN PUBLIK MENUJU TAHUN 2020

Telah kita ketahui bersama, 50 tahun organisasi profesi akuntan di Indonesia sejak didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957. Jika diperhatikan dengan seksama, maka angka ini merupakan angka yang cukup matang dalam usia, pengalaman, profesionalisme dan pengabdian masyarakat.

Akuntan publik kini menghadapi berbagai tantangan baru, baik tantangan yang datang dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari dalam profesi tantangannya berupa banyaknya standar-standar baru yang harus diterapkan. Sejalan dengan konvergensi IFRS (International Financial Reporting Standards) dan ISA (International Standards on Auditing), serta pronouncement lainnya yang diterbitkan IFAC (International Federation of Accountants), maka organisasi akuntan Indonesia terus menerus melakukan adopsi standar-standar tersebut, melakukan pendidikan kepada akuntan, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perguruan tinggi, industri, dan sebagainya.

Tantangan dari luar profesi datang dari berbagai pihak, diantaranya meningkatnya tuntutan goverance dari pihak pemakai jasa akuntan, regulasi yang lebih ketat oleh pemerintah, serta tantangan menjaga kepercayaan pemerintah ditengah-tengah masih sedikitnya jumlah akuntan publik di Indonesia.

Penelitian dari ACCA (Association of Chartered Certified Accountants) – Drivers of Change Future Skills – telah mengeksplorasi perubahan-perubahan penting yang akan dihadapi oleh akuntan di seluruh dunia pada tahun 2025. Perubahan itu antara lain:

Pertama, akuntan akan menggunakan teknologi pintar dan mutakhir untuk meningkatkan kebiasaan mereka dalam bekerja dan teknologi ini dinilai mampu menggantikan cara tradisional tersebut. Sistem perangkat lunak cerdas (termasuk cloud computing) mendukung kecenderungan untuk mengoutsource jasa akuntan dari negara lain, dan penggunaan media sosial yang semakin besar akan meningkatkan kerjasama, keterbukaan, keterlibatan dengan stakeholders (pemangku kepentingan) dan masyarakat yang lebih luas. Media sosial (termasuk Facebook, Twitter, dan Google Search) akan memperlihatkan lebih banyak data.

Kedua, globalisasi yang terus menerus akan menciptakan lebih banyak kesempatan dan tantangan bagi profesi akuntan. Walaupun globalisasi mendorong arus kas dari satu pasar modal ke pasar modal yang lain menjadi lebih cepat, meningkatnya outsourcing jasa dari luar negeri dan transfer keterampilan teknis dan profesional, hal ini secara bersamaan akan menimbulkan ancaman dalam mengatasi masalah lokal terutama terkait dengan budaya, keuangan dan pajak yang berbeda.

Ketiga, regulasi baru dan aturan pengungkapannya memiliki dampak terbesar yang akan mempengaruhi profesi pada tahun-tahun mendatang. Misalnya, regulasi yang mungkin segera terjadi karena tax avoidance (penghindaran pajak), transfer pricing, dan pencucian uang yang diekspos melalui Panama Papers (Guardian series). Di Indonesia sendiri, sudah ada standar akuntansi baru terkait tax amnesty.

Ditambah, karena tekanan dari publik yang besar dan harapan dari stakeholder, kondisi lingkungan dan sosial juga dinilai penting selain kondisi ekonomi dalam perusahaan. Para stakeholderstermasukpemegang saham, pekerja, pemerintah atau regulator, organisasi non-pemerintah, media dan masyarakat memiliki concern yang tinggi dalam masalah lingkungan dan sosial dalam perusahaan. Karena perhatian stakeholder yang luas dan peraturan yang terkait kondisi lingkungan dan sosial. Perusahaan saat ini menghadapi tantangan untuk menemukan solusi berkelanjutan untuk menangani kompleksitas kinerja keuangan, lingkungan dan sosial. Dengan kata lain, peraturan baru seperti integrated reporting (IR) dan pengungkapan transparansi terkait supply chain akan muncul dan akuntan publik sudah harus siap dalam transformasi ini.

Mengikuti perubahan audit

Standar akuntansi baru, peraturan pemerintah serta gejolak politik menjadikan perubahan yang signifikan terhadap auditor. Berikut adalah beberapa tips bagaimana auditor tetap pada tujuannya, yaitu memberikan audit yang berkualitas.

    1)Mempertahankan independensi.

    Dialog antara auditor dan manajemen mengenai standar akuntansi baru membuat penyampaian laporan keuangan menjadi lebih baik dan membuat kualitas audit lebih berkualitas, Chief SEC (Securities and Exchange Commission) Wesley Bricker mengatakan pada Konferensi AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) pada Current SEC and PCAOB Developments pada bulan Desember lalu.

    Auditor tetap harus memperhatikan independensi pada saat menyampaikan pandangannya kepada manajemen. “Melihat sejauh mana auditor dapat memberikan saran akuntansi kepada klien dengan pertimbangan profesional (professional judgment) dan akal sehat yang dimiliki”, kata Bricker. “Auditor tidak seharusnya bertindak sebagai manajemen atau ikut campur dalam pengambilan keputusan, dengan kata lain, auditor tetap ditempatkan pada posisinya yaitu mengaudit apa yang mereka perlukan dalam bekerja”.

    2)Merencanakan dengan cermat dan hati-hati.

    Time pressure merupakan tantangan utama dalam mengaudit secara efektif. Itulah mengapa perencanaan audit harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Anggota PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board), Lewis Ferguson berkata diPCAOB International Institute on Audit Regulation pada bulan Desember lalu. Dia berkata bahwa perusahaan seharusnya mempunyai kebijakan dan prosedur sehingga audit dapat dikerjakan dengan tepat dan diawasi oleh partner yang bersangkutan sehingga audit dapat dilakukan tepat waktu. “akan ada waktunya juga untuk supervisi secara memadai, termasuk partisipasi dari anggota tim yang sudah berpengalaman dalam perencanaan dan pengawasan audit,” kata Ferguson. Perusahaan seharusnya mempunyai bandwidth sumber daya, mekanisme yang tepat untuk dapat menangani masalah pada menit-menit terakhir dan kejadian tak terduga dalam mengaudit.

    3)Menggunakan judgment yang baik.

    Auditor dapat menggunakan teknologi untuk menjadi lebih efisien dan efektif dalam pekerjaan mereka, tetapi ada unsur manusia yang tidak dapat digantikan oleh mesin. "Kami masih akan membutuhkan pengalaman dan pertimbangan yang tepat untuk memastikan kita melakukan hal yang benar," Helen Munter, direktur, PCAOB Division of Registration and Inspections, mengatakan pada Konferensi AICPA pada Current SEC and PCAOB Developments.

    Beradaptasi dan merespon dengan tepat. "Sama seperti pasar yang pasang surut, auditor harus terus memantau risiko yang muncul, bereaksi tepat waktu, dan menyesuaikan pendekatan audit mereka secara tepat," kata Munter. Tindakan dalam menanggapi risiko yang muncul adalah kunci untuk perlindungan investor dan kualitas audit, katanya, mendorong auditor untuk terus-menerus bertanya bagaimana mereka bisa berbuat lebih baik lagi.

   For Further Information, Please Contact Us!