Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

DEVELOPING SELF AWARENESS

02 October 2017
Category: SECRETARY
Penulis:         Mistianah, S.E.
DEVELOPING SELF AWARENESS

Dunia kerja adalah dunia nyata yang harus kita hadapi, selepas dari bangku mengikuti perkuliahan. Merupakan hal yang tidak mudah, kita harus beradaptasi di lingkungan pekerjaan dengan situasi yang serba cepat, sehingga membutuhkan effort untuk terus belajar baik hard skill maupun soft skill. Salah satu soft skill yang harus dikembangkan dalam dunia pekerjaan adalah memiliki awareness.

Definisi dari awareness adalah suatu bentuk kesadaran yang dimiliki oleh setiap individiu untuk selalu waspada terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Mengapa awareness begitu penting?. Awareness mencerminkan pribadi yang “sadar diri” dengan lingkungan sekitar, baik hal yang positif maupun hal yang negatif. Ruang lingkup awareness sendiri bisa meliputi diri sendiri, rekan kerja, lingkungan kerja maupun hasil pekerjaan. Bagaimana diri kita bisa menyesuaikan diri baik sikap dan perilaku kita dalam dunia kerja, menyesuaikan dengan norma yang berlaku dalam organisasi tempat kita bekerja. Awareness terhadap lingkungan kerja, contoh sederhana: ada rekan kerja yang meletakkan kertas kerja secara sembarangan, bukan ditempat penyimpanan yang seharusnya. Sebagai rekan kerja yang “peduli” kita pasti akan menegurnya dengan cara yang bisa diterima. Contoh sederhana lain, kita melihat area di sekitar kita kotor, sebagai bagian dari warga kantor yang memiliki kepedulian, melakukan hal sederhana dengan memanggil office girl/office boy adalah hal yang bisa dilakukan.

Self awareness merupakan komponen pertama dari empat komponen kecerdasan emosional. Selain tiga komponen yang lainnya adalah self management, social awareness dan relationship management. Oleh karena itu, begitu pentingnya self awareness sebelum seseorang bisa sukses dalam tiga komponen yang lainnya. Ketika kita ingin mengembangkan self awareness, biasakan untuk melabeli emosi Anda sendiri. Misalkan ketika kita menghadapi siatuasi yang membuat kita merasakan emosi negatif, cobalah berhenti sejenak dan tanyakan pada diri kita, jenis emosi apa yang sedang kita rasakan ini? Apakah itu marah, malu, iri atau takut? Malabeli jenis emosi yang dirasakan bisa membantu Anda mengatasi emosi tersebut mengontrol reaksi dalam situasi yang sama di lain waktu. Kedua, secara berkala mencoba meminta masukan dari orang-orang disekitar mengenai bagaimana persepsi mereka akan diri kita. Persepsi kita menilai diri kita tentu saja bisa berbeda dengan pandangan orang lain terhadap kita. Meminta masukan dari orang – orang di sekitar kita mungkin akan membuat kita merasa canggung pada awalnya, namun langkah kecil ini akan sangat membantu kita dalam mengenali diri sendiri.

Selain itu, terbentuknya awareness bisa di pengaruhi dari norma yang berlaku di tempat kerja. Budaya yang terbentuk dalam lingkungan kerja, akan membuat kita “terbiasa” melakukan hal tertentu, dan seharusnya apabila kita dihadapkan pada situasi yang “tidak biasa” akan menimbulkan pertanyaan, “mengapa demikian ya?”. Pertanyaan ini yang membuat diri kita berpikir dan berkontribusi langsung pada organisasi tempat kita bekerja. Keuntungan apabila kita memiliki sifat aware adalah menjadi pribadi yang tidak mudah protes dengan kebijakan, menjadi lebih menyatu dengan lingkungan kerja dan rekan kerja, memiliki sense of belonging, sehingga kita menjadi karyawan yang bisa berkontribusi penuh terhadap perusahaan, dan akhirnya ada keterikatan antara karyawan dengan perusahaan.

Lalu bagaimana menimbulkan rasa aware itu sendiri? Cara pertama, adalah dengan memberanikan diri keluar dari zona nyaman. Jika kita sebagai seorang karyawan yang hanya datang pagi hingga sore hari hanya untuk bekerja rutinitas, kondisnya akan sangat berbeda dengan karyawan yang datang pagi dengan semangat dan memiliki target pribadi untuk menyelesaikan suatu hal. Apabila ada kendala dalam pekerjaannya, tidak hanya menyerah begitu saja, namun memikirkan bagaimana plan lanjutan untuk mencari solusi.

Cara kedua, adalah dengan menciptakan keharmonisan kebersamaan dalam bekerja. Disadari atau tidak, lingkungan kerja yang kondusif rekan kerja dan lingkungannya, akan membuat karyawan lebih produktif dibandingkan yang karyawannya sikut-sikutan. Cara ketiga, adalah selalu ingin tahu. Dalam hal ini, bukan kita selalu ingin tahu urusan orang lain, namun kita peduli dengan orang lain dan lingkungan sekitar, dan apa yang bisa kita berikan apabila pihak-pihak tersebut membutuhkan bantuan kita. Cara keempat, adalah dengan sering bertukar pendapat dengan rekan kerja. Dengan kita sering bertukar pendapat dengan orang lain, maka akan ada wawasan dan ilmu baru yang kita dapatkan, selain sebagai pihak yang bisa memberikan feedback kepada kita, apabila memutuskan suatu hal. Cara terakhir adalah, selalu memberikanrespon dan dukungan positif. Memiliki pemikiran positif, tentunya akan berkolerasi dengan usaha dan perbuatan yang positif, namun jika kita bersungut-sungut maka akan berimbang pula dengan tindakan yang kita perbuat.

Prestasi menjadi sebuah ukuran nyata bagi seseorang sebagai indikator untuk keberhasilannya. Setiap individu mempunyai gaya tersendiri dalam bekerja. Keunikan tersebut bisa menjadi kekuatan atau sebaliknya menjadi hal yang dapat melemahkan. Memiliki kemauan saja tidak cukup membuat seseorang menjadi optimal, tapi bagaimana kita mampu mengkolaborasikan kemauan dan kemampuan sehingga hasilnya optimal, disertai dengan kemampuan terus mengembangkan self awareness nya terhadap segala kondisi dalam pekerjaan.

   For Further Information, Please Contact Us!