Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Bagaimana Mengukur Kinerja Audit Internal

02 October 2017
Category: INTERNAL AUDIT
Penulis:         Primanita Dissy Alfriyani, S.E.
Bagaimana Mengukur Kinerja Audit Internal

Marilah kita berlogika, jika Auditor adalah pengawas, lantas siapa mengawasi pengawas? Ini adalah pertanyaan berputar yang mungkin juga bersifat dilematis. Sebagai “pengawas” dalam organisasi, audit internal tidak luput dari pertanyaan tersebut. Siapa yang melakukan audit atas aktivitas audit internal? Self-assessment review? Atau, ada pihak lain yang independen disewa untuk mengevaluasi kinerja aktivitas audit internal? Atau justru aktivitas audit internal Anda ‘tak tersentuh’, terhindar dari pertanyaan di atas?

Audit Internal harus mampu menerapkan program pemastian kualitas dan peningkatan. Secara umum program tersebut dilakukan untuk memastikan beberapa hal pokok yang antara lain:

    ·Kesesuaian aktivitas audit internal dengan kode etik, definisi, dan standar audit internal yang berlaku umum

    ·Efisiensi dan efektivitas aktivitas audit internal

    ·Mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan dan peningkatan

Di dalam standar QAIP diatur bagaimana dan siapa yang melakukan penilaian atas Aktivitas Audit Internal. Program tersebut dilakukan melalui review oleh pihak internal dan eksternal. Review internal dilakukan secara berkelanjutan sebagai bagian terintegrasi dengan proses manajemen dari Aktivitas Audit Internal. Selain itu, review internal juga dilakukan secara berkala, baik oleh personil di dalam Aktivitas Audit Internal sendiri atau personil lainnya di luar grup yang masih ada di dalam organisasi yang sama. Sedangkan review eksternal dilakukan paling tidak sekali dalam lima tahun oleh pihak-pihak independen di luar organisasi dengan kompetensi dan prosedur yang telah sesuai dengan kerangka profesional praktik dari audit internal.

Setelah pertanyaan di atas tadi, lantas muncul pertanyaan berikutnya yaitu, bagaimana cara mengukur hal-hal tersebut. Mengukur kesesuaian aktivitas audit internal dengan kode etik, definisi, dan standar-standar audit internal relatif lebih mudah dilakukan dengan membandingkan aktivitas audit internal terhadap kode etik, definisi, dan standar-standar audit internal yang telah dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditors. Sedangkan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas operasional terlebih dahulu diperlukan penentuan kerangka pengukuran kinerja audit internal.

Untuk menetapkan ukuran kinerja yang efektif, Kepala Eksekutif Audit harus terlebih dahulu mengidentifikasi aspek-aspek dalam kinerja audit internal dengan skala prioritas. Salah satu cara yang sering digunakan adalah kerangka yang diadaptasi dari pemikiran Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard, yang menyarankan aspek pengukuran kinerja audit internal ke dalam perspektif:

    ·Inovasi dan pembelajaran, untuk menjawab pertanyaan apakah audit internal mampu berkelanjutan meningkatkan dan menciptakan value.

    ·Proses Audit Internal, untuk menjawab pertanyaan pada bidang mana audit internal memiliki keahlian.

    ·Manajemen/Auditee, adaptasi perspektif pelanggan, yaitu untuk menjawab pertanyaan bagaimana pandangan customer terhadap audit internal.

    ·Board/Komite Audit, adaptasi dari perspektif keuangan, untuk menjawab pertanyaan bagaimana pandangan audit internal terhadap stakeholders.

Empat perspektif tersebut saling berhubungan dalam hubungan sebab akibat dari bawah ke atas. Inovasi dan pembelajaran merupakan proses terus menerus di dalam aktivitas audit internal yang memungkinkan aktivitas audit internal bisa menjalankan proses audit internal semakin baik dari hari ke hari. Dengan proses audit internal yang semakin baik, diharapkan kepuasan manajemen/auditee atas kinerja dari aktivitas audit internal semakin meningkat. Pada akhirnya manajemen puncak sebagai pengemban utama misi organisasi juga akan merasakan kepuasan yang semakin meningkat atas fungsi dari aktivitas audit internal.

Dengan menggunakan kerangka seperti ini, bila alur tersebut dibalik secara top-down, juga akan tampak benang merah bagaimana visi dan misi organisasi harus diterjemahkan ke dalam strategi operasional oleh manajemen. Selanjutnya strategi organisasi tersebut harus didukung oleh strategi aktivitas audit internal agar dapat sejalan. Untuk mendukung strategi aktivitas audit internal dalam mendukung pencapaian misi organisasi tersebut, maka proses internal di dalam aktivitas audit internal harus senantiasa ditingkatkan dengan melakukan evaluasi, memberdayakan sumber daya dengan pembelajaran terus menerus dan selalu mencari inovasi baru. Dengan hal tersebut maka akan tampak alignment antara misi perusahaan hingga ke sumber daya aktivitas audit internal.

Jika kita amati, tentu saja tidak ada satu alat ukur yang akan berlaku sama untuk setiap organisasi. Aktivitas audit internal di satu organisasi dapat berbeda dengan organisasi yang lain dalam struktur, proses, ukuran, jumlah staf, tools dan teknik yang digunakan, budaya organisasi, dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan hal tersebut dapat menyebabkan satu indikator bisa berlaku di satu organisasi namun tidak bisa berlaku di organisasi yang lain. Namun, betapapun bervariasinya aktivitas audit internal dan teknik yang digunakan, pengukuran kinerja di mana-mana memiliki satu tujuan yaitu peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas ditunjukkan dengan kesesuaian operasional aktivitas dari audit internal terhadap kerangka praktik profesi, berjalan secara efektif dan efisien, serta senantiasa mengarah ke perbaikan dan peningkatan dalam mendukung pencapaian misi organisasi.

   For Further Information, Please Contact Us!