Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Konsep Suci Internal Auditor

20 July 2017
Category: INTERNAL AUDIT
Penulis:         Primanita Dissy Alfriyani, S.ST.
Konsep Suci Internal Auditor

Konsep suci dari seorang Internal Auditor adalah Independensi dan Obyektifitas. Dua kalimat ini menjadi pegangan penting auditor, tak terkecuali auditor Internal. Konsep ini harus dijunjung tinggi dan menjadi tantangan berat bagi semua Internal Auditor. Mengapa dikatakan berat? Karena subyek yang dihadapi oleh internal auditor dalam sebuah manajemen adalah kawan, mitra terdekat atau pihak yang memiliki jabatan yang levelnya lebih tinggi. Seorang Internal Auditor juga menjalankan dua peran yang sifat kerjanya pasti menimbulkan konflik batin yaitu sebagai peran menilai dan peran konsultan. Bagaimana mereka bisa menerapkan konsep Independensi dan Obyektifitas? konsep ini juga berbeda antara internal auditor dan eksternal auditor.

Versi Internal Audit

Dalam bidang internal audit kata independensi dan obyektifitas tetap menjadi konsep yang sangat penting. Keduanya diatur dalam berbagai unsur IPPF / IIA Mudali dari definisi audit internal sampai dengan standar kode etiknya. Seperti kutipan dari IIA “Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations”.

dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa independensi dan objektifitas memang menjadi pegangan dalam seluruh aktivitas audit internal, baik yang bersifat asuransi maupun konsultansi. Meski penting terkadang kita masih dibuat bingung dengan konsep independensi dan objektivitas. Kita bisa melihat dalam IIA memiliki standar yang berbunyi sebagai berikut “ The Internal audit activity must be independent, and internal auditors must be objective in performing their work”. Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa independensi erat kaitannya dengan aktivitas audit.

Versi Eksternal Audit

Konsep Independensi dan obyektifitas dalam eksternal audit terlihat berbeda. Audit eksternal atau akuntan public tidak bermasalah dengan posisinya di dalam organisasi, sebab mereka jelas sebagai pihak luar. Karena itu, jika kita lihat Kode Etik Profesi yang diterbitkan IAPI, tidak Nampak pengaturan mengenai independensi organisasi seperti IIA. Menurut kode etik tersebut, ada dua bentuk independensi yang mestinya dijaga oleh akuntan public yaitu:

“Independensi dalam pemikiran: merupakan sikap mental yang memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengganggu pertimbanganprofessional, yang memungkinkan seorang individu untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif, serta menerapkan skeptisisme professional”.

Mengelola Tantangan

Kembali kepada konteks independensi dan objektivitas dalam audit internal. Karena pentingnya dua hal ini, IIA menerbitkan satu pedoman praktik yang khusus membahas independensi dan objektivitas. Seperti dibahas diawal konsep independensi dan objektivitas menjadi tantangan yang sangat berat. Hal ini dibenarkan dalam pedoman praktik IIA, adanya banyak tantangan dalam menjaga independensi dan objektivitas yang diungkap oleh pedoman tersebut.

Terkait dengan objektivitas, pedoman praktik IIA (2011) juga mengidentifikasi tantangan yang lebih banyak lagi, seperti:

    ·Tekanan sosial, misalnya ada tuntutan jumlah temuan tertentu baik dari auditor eksternal, regulator, atau manajemen sendiri.

    ·Kepentingan ekonomi, terutama menyangkut keberlanjutan posisi auditor sebagai pegawai.

    ·Hubungan pribadi, terutama jika auditor memiliki hubungan dekat atau pertemanan dengan pihak-pihak yang diaudit.

    ·Keakraban akibat telah terjalin hubungan yang baik antara auditor dan auditee dalam jangka panjang.

    ·Bias akibat budaya, ras, atau gender.

    ·Bias kognitif dalam interpretasi informasi

Untuk tantangan objektivitas, pedoman praktik IIA (2011) menawarkan beberapa alternative pengelolaannya seperti:

    ·Insentif bagi fungsi audit internal dan keseluruhan organisasi

    ·Penugasan anggota tim yang berbeda

    ·Rotasi penugasan

    ·Pelatihan terkait metode penjagaan objektivitas

    ·Praktek rekrutmen yang baik

    ·Quality Assessment, melalui reviu proses, prosedur atau kegiatan audit secara internal ataupun eksternal.

   For Further Information, Please Contact Us!