Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

STRATEGI DIGITAL UNTUK ANTISIPASI TANTANGAN BISNIS DI ERA DIGITAL

07 December 2019
Category: SECRETARY
Penulis:         Stephanie Octavia, S.E.
STRATEGI DIGITAL UNTUK ANTISIPASI TANTANGAN BISNIS DI ERA DIGITAL

Teknologi telah berkembang pesat ke era baru yang mengakomodir perubahan transformasi bisnis ke era bisnis digital, dimana perusahaan saat ini banyak mengoptimalkan penggunaan alat-alat digital. Keberadaan teknologi juga mempengaruhi permintaan konsumen menjadi lebih variatif, hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam menjalankan bisnis digital. Transformasi digital yang setiap hari makin maju dan canggih memiliki banyak manfaat bagi perkembangan dunia bisnis, diantaranya kehadiran teknologi ini dapat menghemat waktu, tenaga, serta biaya dengan hasil yang maksimal.

Transformasi bisnis ini menjadi sebuah tantangan yang cukup berat apabila bisnis yang dijalankan tidak dapat mengikuti perubahan atau perkembangan era digital. Apalagi, adanya ketakutan mengubah cara-cara lama akan menimbulkan kekhawatiran apabila transformasi yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah justru gagal. Hal ini perlu disikapi dengan rasa optimis yang tinggi dan pantang menyerah. Bisnis harus bisa menyesuaikan diri dengan teknologi yang terus berkembang. Pemilik bisnis akan dituntut untuk terus belajar dan belajar. Memang terdengarnya akan menguras waktu dan tenaga, namun apabila berhasil nantinya akan sangat mempermudah jalannya bisnis.

Bisnis digital membutuhkan strategi dan perencanaan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi. Hal pertama yang harus dilakukan harus mengetahui masalah yang biasanya sering dihadapi oleh perusahaan. Ada lima tantangan yang dihadapi oleh pelaku bisnis digital. Pertama, KPI (key performance indicator) yang masih menggunakan KPI lama, dimana hal ini mempengaruhi penilaian dalam performa perusahaan. Kedua, tidak ada peremajaan dalam struktur organisasi perusahaan sedangkan untuk transformasi bisnis digital perusahaan banyak memperkerjakan generasi milenial yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam bisnis digital. Ketiga, strategi bisnis yang salah ketika perusahaan hanya menerapkan strategis bisnis jangka pendek saja, sehingga mereka tidak siap dengan strategi bisnis jangka menengah dan panjang. Keempat, perusahaan kurang inovasi untuk menghadapi transformasi era digital, sehingga perusahaan akan menyulitkan perusahaan untuk menghadapi perubahan bisnis era digital. Dan kelima, adalah tidak ada sumber daya manusia/tenaga yang profesional dalam bidang teknologi dapat menjadi kendala perusahaan untuk mencapai target yang perusahaan serta menjangkau dan memuaskan customer.

Hal yang dilakukan dengan mewaspadai tantangan bisnis di era digital iniadalah dengan menerapkan strategi digital. Kehadiran bisnis online marketplace yang memiliki keunggulan dalam bersaing di era digital tidak lagi sekadar menjual dengan harga rendah dan ciri khas tersendiri, tetapi produk komplementer (produk yang berguna satu dengan yang lainnya) dan efek jaringan (network effect). PayTM, yang awalnya untuk mengisi ulang pulsa, kini telah menjelma menjadi dompet elektronik pembayaran untuk semua hal karena merupakan produk komplementer yang punya efek jaringan. Teori ini juga memberikan penjelasan mengapa Go-Jek dan Grab dapat menjadi raksasa digital dalam waktu dekat. Ride hailing, payment, dan pengiriman makanan merupakan produk komplementer yang memiliki efek jaringan di mana Go-Jek ataupun Grab punya basis konsumen yang sangat besar dengan data yang sangat kuat.

Banyak perusahaan melakukan perubahan bentuk bisnisnya, contoh saja koran NewYork Times telah berubah dari semula bisnis koran kertas menjadi koran digital. Dimulai dengan nol pelanggan digital di Maret 2011, dan kini telah memiliki 2,2 juta pelanggan digital dari berbagai tingkatan usia. Best Buy merupakan ritel raksasa terakhir yang masih bertahan hingga kini di Amerika Serikat di tengah tekanan dari raksasa online. Strategi digital yang dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO) Hubert Joly, dengan cerdas mengubah model bisnisnya, dengan melakukan inovasi dimana konsumen membayar menjadi produk yang membayar. Sama halnya seperti toko ritel, merk yang ingin berjualan di Best Buy, misalnya Samsung Experience Shops, yang membayar ke Best Buy. Hal ini telah dilakukan dan berhasil hingga Best Buy tidak khawatir lagi apabila calon konsumen datang melihat barang di Best Buy tetapi membelinya online. Menyadari bisnis supermarket-nya di bawah ancaman, Eataly mengubah model bisnisnya dari menjual produk menjadi menjual pengalaman. Strategi bisnis yang dilakukan adalah dengan menambahkan restoran dan sekolah kuliner pada supermarket-nya agar konsumen tetap tertarik untuk datang. Begitu pula dengan dunia otomotif jenis mobil mewah BMW, menyadari naiknya bisnis car sharing, Mercedes meluncurkan Car2Go dan BMW menawarkan DriveNow. Pasar akan berubah menjadi product-as-a-service dengan cepat. Teknologi digital telah mengurangi biaya transaksi untuk mencari serta menemukan barang dan jasa secara signifikan.

Perusahaan yang waspada akan memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai bentuk strategi digital. Bagaimanapun dengan adanya kemajuan teknologi digital kita akan mampu mencari apa pun yang kita mau dengan sangat cepat dan efisien. Model bisnis dengan menggunakan strategi digital melahirkan bisnis baru dalam bentuk platform dan melahirkan sebuah ekosistem yang berbeda, agar perusahan dapat terus bertahan dan berkembang seiring perkembangan teknologi yang pesat. Ketidakmampuan perusahaan untuk beradaptasi dan “melek” dengan perubahan ini, tentunya akan mengancam continuitas serta going concern dari perusahaan tersebut.

   For Further Information, Please Contact Us!