Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Analisa Laporan Keuangan Bisnis Ritel

14 June 2019
Category: ACCOUNTING
Penulis:         Nathania Angela Lomban, S.E.
Analisa Laporan Keuangan Bisnis Ritel

Laporan keuangan adalah salah satu cara untuk menganalisa sebuah bisnis. Pemilik bisnis dan posisi manajerial harus mengerti cara membaca dan menganalisa laporan keuangan. Hal ini diperlukan untuk memastikan dan memantau perjalanan bisnis masih di jalur yang bernar. Pebisnis yang menjalankan bisnis ritel juga harus mempunyai kemampuan tersebut. Apabila tidak memahami unsur-unsur tersebut maka akan menimbulkan risiko yang lebih besar bagi investasi modal terhadap bisnis yang sedang dijalankan. Unsur-unsur yang harus dimengerti dalam laporan keuangan seperti profit margin, biaya-biaya yang dikeluarkan, dan juga laba.

Manajer bisnis ritel atau pemilik bisnis dapat menggunakan rasio keuangan untuk membantu menganalisa aktivitas dan kinerja bisnis. Selain bagi manajer atau pemilik bisnis, rasio keuangan juga dapat berguna bagi para investor untuk menentukan pemakaian sekuritas jangka pendek maupun jangka panjang dan juga untuk menganalisa profitabilitas bisnis ritel secara keseluruhan. Rasio Keuangan juga dapat menjadi alat untuk menganalisa seberapa baik bisnis tersebut menentukan harga jual barangnya, seberapa baik perusahaan tersebut menjual persediannya dan menjalankan aktivitas bisnis secara keseluruhannya.

Bisnis ritel termasuk jenis bisnis yang paling umum untuk didirikan. Hal ini dikarenakan secara mekanismenya cenderung paling sederhana. Mekanisme ketika seseorang ingin mempunyai bisnis ritel adalah membeli produk dari produsen atau distribusto dan langsung menjualnya kepada konsumen dengan profit margin tertentu untuk mendapatkan keuntungan. Contoh dari bisnis ritel adalah swalayan, minimarket, toko kelontong, online shop, dan lainnya. Biasanya bisnis ritel menjual barang-barang keperluan sehari-hari seperti bahan makanan, peralatan rumah tangga, ataupun pakaian.

Ditambah lagi, internet telah membuat bisnis ritel semakin berkembang dan mudah dibangun dengan modal yang kecil. Salah satunya adalah strategi Drop-Shipping. DropShipping adalah strategi di mana penjual ritel menjual suatu produk yang tidak dimiliki dalam daftar persediaannya. Ketika konsumen membeli suatu produk secara online melalui web bisnis ritel Anda, Anda kemudian memesan produk tersebut kepada pihak ketiga dan pihak ketiga tersebut mengirimkan langsung barang yang dipesan kepada konsumen. Ini berarti bahwa Bisnis Ritel Anda akan menghemat persediaan yang dimiliki dan mudah untuk dikelola. Sehingga strategi ini juga mampu membantu perkembangan Bisnis Ritel Anda.

Rasio Keuangan yang Berguna untuk Keperluan Analisa Bisnis Ritel

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Rasio Keuangan dibutuhkan bagi tiap pemilik ataupun manajer perusahaan dan para investor untuk menganalisa perkembangan bisnis. Selain menganalisa, rasio keuangan juga bisa digunakan untuk menentukan harga produk maupun evaluasi kinerja bisnis. Berikut jenis rasio yang bisa Anda gunakan untuk menganalisa kinerja bisnis ritel Anda:

Current Ratio atau Rasio Lancar diukur dengan membagi Aset Lancar perusahaan dengan Liabilitas atau Kewajiban Lancar. Fungsi utama metrik ini adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Angka Rasio Lancar lebih besar dari satu menunjukkan bahwa perusahaan dapat menutupi liabilitas jangka pendeknya dengan aset yang paling likuid (Aset Lancar). Bagi seorang investor, Rasio Lancar digunakan untuk mengukur likuiditas dan stabilitas jangka pendek suatu perusahaan selama fluktuasi musiman yang berpotensi terjadi pada suatu Bisnis Ritel.

Quick Ratio atauRasio Cepat dihitung dengan membagi jumlah Kas dan Piutang Usaha dengan Kewajiban atau Liabilitas Lancar. Jenis rasio ini hampir mirip dengan Rasio Lancar. Akan tetapi, Rasio Cepat lebih ketat dalam menilai kemampuan Aset Lancar untuk melunasi liabilitas jangka pendek bisnis. Untuk alasan ini, Rasio Cepat menjadi ukuran yang lebih baik. Jika sebuah perusahaan berada di kondisi terpaksa melikuidasi asetnya untuk membayar tagihan, perusahaan dengan nilai Rasio Cepat yang tinggi hanya membutuhkan lebih sedikit aset untuk dilikuidasi. Dari sudut pandang investor, Rasio Cepat memberikan wawasan tentang stabilitas posisi likuiditas langsung perusahaan.

Gross Profit Marginadalah rasio profitabilitas yang dihitung dalam dua langkah. Pertama, nilai Laba Kotor dihitung dari Pendapatan Bersih dikurangi nilai Harga Pokok Penjualan (HPP). Kemudian, nilai Laba Kotortersebut dibagi dengan Pendapatan Bersih. Metrik ini berguna bagi manajemen dan juga investor terkait analisa kenaikan profit yang diperoleh dari penjualan produk langsung. Dari sudut pandang investor, Margin Laba Kotor yang lebih tinggi akan lebih disukai. Karena sepotong inventaris atau persediaan yang dimiliki akan menghasilkan lebih banyak pendapatan ketika dijual diiringi dengan nilai laba kotor yang lebih tinggi.

Dengan nilai Margin Laba Kotor, bisnis juga bisa menakar berapa nilai HPP yang harus dihasilkan dalam suatu periode agar bisa mencetak nilai Laba kotor yang tinggi. Karena Bisnis Ritel menjual semua produk dari semua persediaan yang dimiliki, Margin Laba Kotor menjadi rasio yang paling efektif dan efisien dalam menilai aktivitas penjualan produk.

Inventory Turnover dapat dihitung dengan membagi Penjualan Bersih untuk suatu periode dengan nilai saldo Rata-Rata Persediaan untuk periode yang sama. Perputaran Persediaan adalah pengukuran efisiensi manajemen persediaan. Perusahaan Ritel memiliki persediaanyang selain untuk dijual juga harus dikelola dengan baik. Persediaan yang tersimpan dalam jangka waktu lebih lama mungkin akan menjadi kedaluwarsa atau tak layak jual lagi. Karena alasan ini, nilai Perputaran Persediaan yang lebih tinggi akan menguntungkan bagi manajemen maupun investor. Karena itu berarti perusahaan bisa menjual persediaannya dengan cepat kepada pelanggan. Sebaliknya, Perputaran Persediaan yang rendah menunjukkan bahwa suatu perusahaan tidak memiliki permintaan pasar yang tinggi sehingga penjualan menurun drastis.

Return on Asset secara sederhananya, Pengembalian Aset (ROA) adalah pengukuran profitabilitas yang mengukur seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Rasio keuangan dihitung dengan membagi total Laba Bersih perusahaan dengan total asetnya. Seorang investor dapat membandingkan ROA suatu perusahaan ritel dengan rata-rata ROA kelompok industri Ritel sejenis untuk memahami seberapa efektif perusahaan dalam menentukan harga barang dan membalik inventarisnya.

Misalnya, kelompok industri pakaian eceran melaporkan rata-rata ROA 19,39% pada kuartal ketiga 2015. Jika suatu perusahaan dalam industri ini mencetak rasio ROA 10%, perusahaan tersebut mungkin membeli terlalu banyak Aset secara tidak efisien atau tidak menerapkan harga jual yang bisa “bersaing” dibandingkan dengan kompetitor lain.

Margin EBIT mengukur rasio EBIT terhadap Penjualan Bersih yang diperoleh untuk suatu periode. Perusahaan dapat memanfaatkan rasio keuangan ini untuk menentukan profitabilitas barang yang dijual tanpa harus memperhitungkan biaya yang tidak secara langsung mempengaruhi produk. Biaya-biaya tersebut adalah biaya bunga dan pajak. Dari sudut pandang investor, margin EBIT memberikan indikasi kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan.

Dengan memperhitungkan enam unsur Rasio Keuangan tersebut, diharapkan baik manajer dan investor Bisnis Ritel bisa mengelola pendanaan perusahaan dan portofolio investasi dengan lebih baik lagi.

   For Further Information, Please Contact Us!