Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

HIGH DEMAND OF GOOD TALENT VS LOW DEMAND OF SUPPLY TALENT

04 January 2019
Category: HUMAN RESOURCE
Penulis:         Qanita Hasinah, S. Psi
HIGH DEMAND OF GOOD TALENT VS LOW DEMAND OF SUPPLY TALENT

Bergeraknya era yang menuju kearah disruption ini membuat banyak perusahaan saling berlari untuk mencapai garis finnish, tidak hanya perusahaan yang sudah established lama namun juga perusahaan yang baru/ start up company. Dalam hal ini, perusahaan akan saling bersaing antara perusahaan yang sudah establised dengan start up company. Kompetisi tidak hanya ditunjukkan lewat bergeraknya inovasi dari produk yang dihasilkan namun, juga roda penggerak didalamnya yang juga mulai saling berkompetisi secara sehat untuk dapat menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam setiap kompetensi yang diharapkan oleh perusahaan.

Terdapat sebuah perbadaan antara karyawan yang bekerja di perusahaan yang establised dengan perusahaan yang barustart up. Jika karyawan tersebut bekerja di perusahaanestablised mereka akan bekerja dan belajar dari orang- orang yang sudah berpengalaman. Sementara di perusahaan start up mereka harus bekerja dan belajar dari orang – orang yang sama mudanya. Fenomena saat ini, banyak sekali karyawan generasi milenial yang suka challenge dengan kondisi yang baru, ia akan terus mencari – cari pengalaman kerja yang menurutnya menantang dan menarik. Akibatnya, karyawan akan mudah untuk keluar masuk perusahaan satu ke perusahaan lain.

Setelah perusahaan berhasil melakukan rekrutmen untuk mendapatkan talent yang sesuai, tidak jarang akhirnya talent tersebut memutuskan untuk keluardengan masa kerja 1-2 tahun, dengan alasan mendapatkan tawaran yang lebih tinggi di perusahaan lain. Disini perusahaan dihadapkan sebuah dilema, apakah perusahaan mempertimbangkan untuk menaikkan gajinya namun dengan konsekuensi adanya ketidaksetaraan gaji dengan rekan lainnya atau membiarkannya pergi dengan membawa pengalaman yang sudah diberikan oleh perusahaan dalam masa kerja 1-2 tahun. Perusahaan bisa saja menyalahkan sang kompetitor yang telah mengambil begitu saja talentyang dimilikinya dengan didikan dari perusahaan. Namun, apakah blaming adalah salah satu jalan keluar?

Yang perlu disadari saat ini oleh perusaahan adalah adanya realita tumbuhnya bisnis di Indonesia, membuat jadi bertambahnya jumlah perusahaan di Indonesia. Mereka membutuhkan begitu banyak good talents. Memang di Indonesia lulusan universitas banyak, tetapi good talents nya sedikit, jadi demand supply nya timpang. Demand of good talents tinggi, Demand of supply nya sedikit. Akibatnya harga good talents membubung tinggi - Jadi kompetisinya terbalik, menjadi “Good talents need good job but Good company need good talents.” Mereka akan memilih perusahaan mana yang akan memilihnya untuk bergabung. Dan setelah masa kerja 1-2 tahun, mereka akan mengevaluasi perusahaan tersebut. Jadi perusahaan harus membuat mereka attractive (bukan hanya dari segi gaji), dan akan membuat para talents untuk tetap bergabung.

Apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan. Berikut yang bisa dilakukan oleh perusahaan:

    1.Chance to Make A Different

    Mereka mengingkan pekerjaan yang benar-benar membawa hasil yang signifikan bagi perusahaan. Mereka menginginkan sebuah pencapain atau prestasi yang berwujud, bukan sekedar datang ke kantor jam 08.00 kemudian pulang jam 17.00 namun, benar-benar mengerjakan sesuatu yang berarti dengan hasil yang konkrit dan kontribusi yang jelas untuk kemajuan perusahaan. Untuk itu perusahaan perlu memberikan karyawan dengan sebuah projek yang penting dan empowerment yang tinggi. “Give them challenge, give the responsibility, give them the power to decide also.”

    2.Meritocracy

    Mereka akan bekerja keras, extremely hard much harder than anyone else. Tetapi mereka juga menginginkan bonus yang jauh lebih besar. Mereka tidak ingin santai santai dan mendapatkan bonus yang banyak.Hal yang paling dibenci oleh mereka adalah saat melihat temannya yang bekerja sedang sedang saja, tanpa hasil yang jelas, tetapi mendapatkan gaji yang sama dan bonus yang hampir sama dengan mereka. Apalagi jika ada yang kerjanya sedang sedang saja, namun mendapatkan gaji yang lebih besar dari mereka, hanya sekedar masa kerjanya yang lebih lama. Kalau mereka mengetahui itu, mereka akan langsung memembuat resignation letter (remember they have a choice). Jadi anda harus berani membayar gaji yang tinggi dengan bonus yang jauh lebih tinggi untuk top talent yang bekerja keras dan memberikan kontribusi yang jauh lebih tinggi

    3.Hard Working Boss

    Mereka bekerja keras dengan arti yang sebenarnya, mereka akan membenci melihat orang lain malas-malasan, apalagi jika itu adalah atasanya. Mereka menginginkan atasan yang menjadi contoh (role model), yang dapat dijadikan sebuah panutan untuk belajar (dari segi expertise dan character). Jadi menciptakan working environment juga berarti mendidik para calon leader di perusahaan untuk mampu manage dan mengembangkan top talent yang dimiliki.

    4.Environment

    Top Talents membenci birokrasi. Mereka membenci menjadi ikan kecil di kolam yang besar. Mereka ingin menjadi ikan besar di kolam yang kecil. (makanya mereka suka bekerja di start up company yang kecil, tetapi kekuatan mereka dalam memberikan sumbangsih kepada perusahaan lebih besar.Anda harus memberikan power yang tinggi kepada setiap divisi agar talent yang ada di dalamnya mempunyai sense of empowerment dan keberanian untuk mengambil keputusan.

    5.Make Cool Products

    Top talents saat ini banyak sekali diambil perannya oleh anak-anak muda yang banyak bergaul. Mereka ingin membanggakan diri kepada teman-temannya bahwa, ia memiliki peran penting dalam perusahaan. Mereka ingin membanggakan perusahaan (product) ke teman temannya. Improve your brand awareness dan product quality, untuk talent-talent yang bangga dengan product dan perusahaan mereka.

   For Further Information, Please Contact Us!