Articles

Read the articles about accounting,internal audit, tax, human resource,information and technology.

Become A Trusted Auditor

06 June 2018
Category: INTERNAL AUDIT
Penulis:         Ipma Rahman Y., S.E.
Become A Trusted Auditor

Dalam perkembangannya penekanan dan mekanisme internal audit telah bergeser (berubah). Pada masa lalu fokus utama peran internal auditor adalah sebagai ‘watchdog’ dalam perusahaan, sedangkan pada masa kini dan mendatang proses internal auditing modern telah bergeser menjadi ‘konsultan intern’ (internal consultant) yang memberi masukan berupa pikiran-pikiran untuk perbaikan (improvement) atas sistem yang telah ada serta berperan sebagai katalis (catalyst). Fungsi internal auditorsebagai ‘watchdog’ membuat perannya“kurang disukai” kehadirannya oleh unit organisasi lain. Hal ini mungkin merupakan konsekuensi logis dari profesi internal auditoryang tugasnya memang tidak dapat dilepaskan dari fungsi audit (pemeriksaan), bahwa antarapemeriksa (auditor) dan pihak yang diperiksa (auditee) berada pada posisi yang saling berhadapan.

Menindaklanjuti hal itu, Institute of Internal Auditor (IIA) memberikan suatu terobosan terbaru dimana Auditor Internal harus dapat menjadi mitra strategis yang dapat dipercaya bagi Dewan Komisaris, Manajemen, dan seluruh unit kerja dalam organisasi. Demi menjadikan Auditor Internal sebagai mitra strategis yang proaktif, ada beberapa syarat kompetensi Auditor Internal yang harus dipenuhi, diantaranya mampu menyelesaikan masalah, dapat berkomunikasi dengan baik, menjalin relasi serta berpikir kritis dan analitis. Sebagai mitra strategis, Auditor Internal sebaiknya juga dilibatkan dalam penyusunan misi strategis organisasi. Namun untuk dapat mengusulkan gambaran strategis, Auditor Internal harus berpikir dari sisi CEO (Chief Executive Officer) dan mendapatkan kepercayaan untuk melakukan tugasnya. Seorang Auditor Internal juga dituntut untuk memiliki jiwa “merasa memiliki” demi turut memikirkannya tujuan strategis jangka panjang perusahaan.

Tantangan Auditor Internal tidak berhenti pada partner bisnis strategis saja, melainkan juga penyeimbang antara objektivitas dan independensi dalam peran konsultatif. Agar dapat menjalankan perannya secara lebih efektif, Auditor Internal harus berinteraksi dengan perusahaan, namun harus tetap memperhatikan independensinya. Tak kalah penting juga adalah perbaikan risk management. Tidak ada suatu pembahasan strategis tanpa adanya bahasan tentang risiko. Auditor Internal harus menyampaikan kepada Manajemen tentang potensial risiko yang akan terjadi, bagaimana risiko tersebut dapat dikendalikan serta apakah pengendalian sudah terdapat dalam kerangka pengendalian yang dimiliki organisasi atau menggunakan sumber daya yang berbeda.

Kenyataan di lapangan yang banyak dijumpai saat ini adalah banyak organisasi yang merasa tidak membutuhkan Fungsi Audit Internal. Hal ini dikarenakan Audit Internal tidak memberikan manfaat dan hanya sebagai beban operasional organisasi saja. Jikalau ada peran Audit Internal dalam perusahaan, perannya tidak terlalu besar dikarenakan banyak organisasi tidak menempatkan Audit Internal pada peran strategis. Posisi yang tidak strategis tersebut pada dasarnya akan semakin melemahkan Audit Internal dari segi konsultasi karena tidak dilibatkan dalam proses mapping risk, control dan governance sehingga tidak memiliki kelebihan kompetitif dan tidak mempunyai value added yang nyata bagi organisasi.

Menurut Richard Chambers, Presiden IIA Internasional terdapat tiga pokok atribut yang harus dimiliki oleh seorang Trusted Auditor, diantaranya adalah Personal Attributes, Relational Attributes, dan Professional Attributes.

Personal Attributes terdiri atas beberapa atribut, pertama adalah Etika yang mengacu pada Kode etik (Code of Conduct)dan Poin inti (Core Value). Atribut kedua adalah Berfokus pada Hasil (Result Focus) yang terdiri atas informasi internal dan eksternal. Atribut ketiga yaitu Keterbukaan (Open Mindedness) dimana mengacu pada mengutamakan klien (Client First) dan bebas dari kepentingan (Free From Pretense or deceit). Terakhir adalah Kecerdasan Intelektual (Intellect Curious) yang mengacu pada skeptisme (Skepticism) dan Chunk Down.

Relational Attributes terdiri atas tiga pilar, pertama adalah Kemampuan Komunikasi Dinamis (Dynamic Communicators). Pilar pertama mengacu pada internal dan eksternal organisasi. Kedua adalah Berwawasan Luas (Insightful Relationship) yang terdiri atas pendampingan dan konsultasi. Ketiga adalah Pemimpin yang Inspiratif (Inspirational Leaders). Pilar ketiga tersebut terdiri atas promosi internal dan mutasi.

Professional Attributes terdiri tiga pilar, pertama adalah Berpikir Kritis (Critical Thinker). Pada pilar pertama ini terdapat dua komponen diantaranya adalah Bertindak sebagai auditee (acting as auditee) dan Hasil audit berdasarkan temuan (Outcome Based of Finding). Atribut kedua adalah Keahlian Teknis (Technical Expertise) yang memiliki dua komponen yaitu Sertifikasi Teknis Auditor (Certification as Auditors) dan Sertifikasi Teknis Auditee (Technical Certification Auditee). Kemudian atribut terakhir adalah Stakeholders Confidant yang memiliki satu komponen yaitu Opini (Opinion).

   For Further Information, Please Contact Us!